Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Hadiah Untuk Kawan

Kisah Yang Menakjubkkan

Seorang pemuda duduk dihadapan jama’ah sebuah mesjid. Dia duduk diatas kursi roda yang agak memanjang. Sekujur tubuhnya telah menjadi lumpuh tak bisa digerakkan. Kalaupun ada yang bisa digerakkan, mungkin itu hanya lisan, mata, dan juga lehernya.

Dengan nada berat dan susah payah pemuda itu memulai ceritanya dihadapan jama’ah suatu masjid;

“Kejadian itu adalah titik tolak perubahanku, dan semoga Allah تعالى jadikan masjid ini pun sebagai titik tolak perubahan Anda, sebelum Anda mengalami banyak kerugian.

“Saat ini, Anda semua sangat jauh lebih baik dari diriku. Anda bisa pergi kemana saja sesuka hati, tanpa perlu didorong diatas kursi roda. Anda pun bisa makan dengan begitu mudahnya, tanpa ada yang harus menyuapi , begitu pun dengan keperluan-keperluan lainnya yang bagi Anda begitu mudahnya sedangkan bagi diriku sangat susah untuk mewujudkannya kecuali dengan bantuan orang lain.

“Mungkin media telah menjadikanku begitu terkenal, tapi semoga Allahتعالى mengampuni aib dan dosa-dosa ku yang tidak Anda lihat.

“Baiklah, aku akan memulai kisahnya. Pada hari itu, aku pergi dan berpikir bisa pulang kerumah sebagaimana biasanya. Dan aku yakin hari inipun, Anda semua punya pikiran yang sama dengan pikiranku waktu. Ya, semua orang yakin seratus persen bisa kembali kerumahnya saat melalui hari-harinya. Namun dalam keyakinan yang kuat itu, merekapun tahu bahwa kematian itu bisa datang kapan saja, bahwa kematian selalu datang tiba-tiba. Namun angan-angan selalu lebih panjang, bahkan bisa melewati 10 tahun kedepan.

“Hari itu aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Namun sebelum jam sekolah usai, aku dan teman-temanku kabur dari sekolah menuju pantai yang ada kolam renangnya. Awalnya kami berenang ria di laut kemudian membersihkan tubuh dari air laut dengan berenang di kolam renang.

“Kolam itu memiliki kedalaman dari 1,5 meter sampai 3 meter, sedangkan tinggi badanku 182 cm, dan aku tekankan lagi bahwa saat itu aku dalam keadaan sehat wal afiat. Namun, ketika aku melompat kedalam kolam.. ketika aku melompat ke dalam kolam.. Allah تعالى menakdirkanku menjadi lumpuh saat itu juga. Karena Dialah Allah تعالى yang jika menghendaki sesuatu maka Dia hanya berkata “jadi” maka Jadilah.

“Saudaraku, beruntung saat itu Allah تعالى hanya menakdirkanku menjadi lumpuh, bayangkan, bayangkan wahai saudaraku, bagaimana jika Allah تعالى menakdirkan aku menjadi mayat?! Kira-kira aku akan masuk kemana? Surga atau neraka? Siapa yang mau mati dikolam renang?!

“Saudaraku, berbahagialah karena Allah تعالى telah memilihmu dari ribuan orang untuk mendapatkan hidayahNya. Tahukah kamu diluar sana begitu banyak orang yang tidak mendapatkan kenikmatan ini? Atau sadarkah dirimu, jika diluar saja banyak yang dibunuh hanya karena mengatakan bahwa “Tuhanku adalah Allah تعالى”?! Untuk itu, berbahagialah saudaraku atas apa yang telah Allah تعالى karuniakan kepadamu selama ini.

Tiga Impian Besar

“Jika ditanya tentang impian, maka ada tiga hal yang sangat aku impikan saat ini. Impian-impian yang telah membuat jiwaku lelah, tetapi sekarang hanya tinggal penyesalan. 

“Impian pertamaku adalah aku bisa bersujud pada Allah تعالى. Seperti yang kalian saksikan sendiri, sekarang aku tak punya kumampuan untuk melakukan itu, tubuhku lumpuh dan badanku lemah. Hatiku dipenuhi rasa takut dengan satu ayat yang berbunyi: “Pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak mampu (bersujud)” (QS Alqolam 42)

“Sampai saat ini aku tidak mampu bersujud pada Allah تعالى, padahal ketika masih sehat, aku mampu untuk bersujud. Dulu, ayahku selalu membangunkanku untuk shalat shubuh, tapi setelah ayahku keluar aku tidur lagi. Memang saat itu aku tetap shalat, akan tetapi setelah aku bangun kesiangan. Padahal Allah تعالى berfirman: “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya.” (QS Alma’un 4-5). Sangat disayangkan, sekarang ini begitu banyak orang yang mudah bangun tidur agar tak terlambat kerja, namun untuk menunaikan shalat, ia tak bisa bangun tepat waktu.

“Saat ini mungkin banyak orang yang kasihan ketika melihatku, melihatku dalam kondisi lumpuh dan tak berdaya. Akan tetapi berapa banyak dari mereka yang kasihan padaku ketika aku tidak melaksanakan shalat?!

“Impian keduaku adalah aku berharap bisa membolak-balikkan lembaran alquran. Mungkin bagi kalian itu adalah hal yang sepeleh, namun bagiku itu bagaikan sebesar gunung.

“Impian ketigaku adalah saat idul fitri atau hari bahagia lainnya, aku bisa masuk rumah dan memeluk ibuku.

Sebuah Tanya

Dalam setiap kesempatan aku selalu mengulang sebuah pertanyaan. Pertanyaan itu adalah “Siapa diantara kalian yang ingin menjadi seperti aku?! Pertanyaan ini telah aku lontarkan kepada jutaan orang. Ya, siapa yang ingin menjadi LUMPUH seperti aku?!

Pernah ada 25 orang pemuda yang datang mengunjungiku. Mereka berbincang denganku sekitar satu jam lebih. Setelah itu semua orang pergi meninggalkanku kecuali salah seorang dari mereka. Dia tetap dipintu sedangkan teman-teman lainnya telah pergi. Kemudian dia menghampiriku dan duduk disebelahku. Dia mengangkat tanganku dan kemudian menciumnya. Dia juga mencium dahiku dengan airmata yang bercucuran sambil berkata, “Abdullah aku ingin menjadi sepertimu.”

Sungguh perkataan itu sangat mengejutkan dan menggoncang hatiku. Kemudian aku menegurnya dengan berkata, “Bertakwalah pada Allah تعالى! Bagaimana mungkin Anda ingin menjadi sepertiku?! Aku tak bisa makan meskipun makanan didepanku, aku membutuhkan orang untuk berpindah dari satu tempat ketempat lainnya, dan..” Aku meneruskan kalimat itu dengan menyebutkan segala kekurangan-kekuranganku. Namun pemuda itu masih dengan tegar berkata: “Aku tetap ingin menjadi sepertimu”

Akupun bertanya padanya, “kenapa kau ingin menjadi sepertiku?”

Dia menjawab:” Wahai Abdullah, bersyukurlah kau masih mempunyai ayah dan ibu, sedangkan kami semua adalah 25 anak yatim (sejak kecil). Tidak ada diantara kami yang benar-benar bisa bahagia. Setiap hari yang kami lewati selalu dipenuhi dengan kesengsaraan. Ketika tiba hari-hari bahagia, rasanya sama saja. Bulan Ramadhan berganti dengan idul fitri, tetap saja terasa hambar”

Saudaraku, aku ingin bertanya padamu. Jika tiba idul fitri maka siapa orang pertama yang kau temui? Ibu dan ayahmu, bukan? Saudaraku, pernahkah kau pergi ke tempat anak yatim saat hari raya dan memikirkan mereka? Untuk itu berbahagialah mereka yang masih memiliki ayah dan ibu. Berbahagialah mereka, sungguh sangat berbahagia.

Pemuda itu mengakhiri ceritanya dengan isak tangis jama’ah yang terharu dengan kisahnya.

Hadiah Penutup

Kawan, Itulah hadiah sederhana yang bisa penulis sampaikan. Sungguh, kisah ini benar-benar berkesan bagi penulis. Sebab penulis memiliki kerinduan yang sama seperti pemuda yatim tadi.

Kawan, hidup tanpa orangtua itu sunguh tidak mengenakan. Saat kau sakit, saat kau kalah, atau bahkan saat kau bahagia, kepada siapa kau berbagi? Saat kau menang, siapa yang akan memelukmu dengan bangga? Saat kau kalah, siapa yang akan menyemangatimu untuk bangkit lagi? Saat kau terluka, siapa yang akan mengobati lukamu? Saat kau mendapat peringkat pertama, adakah orang yang lebih bangga padamu melebihi ayahmu? Atau saat kau patah hati, adakah yang lebih tahu luka hatimu melebihi ibumu?

Kawan, seandainya anak-anak yatim itu tidak mengenal Penciptanya, maka mereka akan terus merasa hampa, sunyi, sepi, sedih, tak bahagia dan putus asa dalam menjalani hidup ini. Namun penulis yakin, dalam setiap kejadian selalu ada hikmah yang dapat dipetik. Kita memang bisa bertanya, tapi yakinlah bahwa apa yang Allah تعالى tuliskan itu jauh lebih baik dan indah dari apa yang kita sangka.

Sungguh, sekali lagi hidup tanpa orangtua itu sungguh sangat tidak mengenakan, tapi lebih tidak mengenakan lagi, punya orangtua namun hanya menyia-nyiakan mereka, punya orangtua namun tidak bisa membahagiakan mereka, punya orang tua namun selalu menyakiti hati mereka, punya orangtua tapi selalu membuat mereka kesal, marah, dan menangis, punya orangtua namun lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman, punya orangtau namun tak pernah membalas kebaikan mereka meskipun hanya dengan kecupan hangat dan ucapan terimakasih, punya orangtua namun tak pernah mendoakan mereka, punya orangtua namun tidak bisa membuat dirinya masuk kedalam surga.

Kawan, jika belum bisa membahagiakan mereka, minimal jangan buat mereka bersedih! jika belum bisa memberi mereka uang minimal jangan menjadi beban! jika belum bisa membuat mereka tersenyum, minimal jangan buat mereka menangis!

Kawan, sesuatu yang berharga kadang baru terasa saat ia telah tiada. Jangan sampai kesadaran itu datang saat mereka telah pergi meninggalkanmu.

Kawan, sering kali penulis saksikan banyak orang bertobat setelah kematian orang yang ia cintai (ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak), namun sayang mereka kembali lupa setelah berlalu masa yang panjang. Mungkin mereka menanti kematian orang yang ia cintai lainnya untuk bisa kembali bertobat. Namun, jangan sampai kitalah yang menjadi sebab orang lain bertobat karena mereka kehilangan orang yang ia cintai.

Semoga permisalan yang sederhana ini dapat membuka pirikiran kita, karena orang yang cerdas adalah mereka yang mengerti meskipun hanya dengan sekedar isyarat. Tulisan ini penulis sembahkan untuk teman-teman penulis semasa kecil, berubahlah kawan, aku selalu menunggu kalian dimasjid.. ^^

”Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Alhadid 16)

Untuk melihat Vidio pemuda itu secara lengkap klik disini

Untuk membaca kisahnya secara lengkap klik disini


Share This Article


2 comments:

  1. subhanalloh... inspiratif. syukron... :)


    regard:
    ~http://ceplukim.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete