Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Cinta yang Sial

Hari Sial --> Suatu malam, karena satu dan lain hal, saya dan seorang teman terkunci di luar kontrakan. Akibatnya kami tak bisa masuk padahal malam semakin larut. Setelah berunding, akhirnya saya memilih kembali ke kosan baru. Sedangkan teman, dia memutuskan menunggu teman lainnya yang membawa kunci.

Sayang, teman yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya dia tidur di tangga depan kontrakan berteman nyamuk, bising, dan udara yang dingin. Tentu kejadian ini melahirkan dongkol dalam hati. Membuat diri merasa sial dan bertanya-tanya, mengapa harus begini?

Beruntung, sebelum rasa dongkol menyelimuti hati, Allah kirimkan “tamu” untuk ingatkan diri. Sepasang suami istri beserta seorang anak yang “mesra” memulung, mengais sampah untuk bertahan hidup.

Sang suami mendorong gerobak, sedangkan anak dan istri naik di dalamnya. Berbagi tempat dengan sampah yang berhasil dipungut. Berteman bau dan nyamuk yang lebih banyak. Berharap malam itu tak turun hujan, agar mereka bisa melanjutkan “kerja”.

Melihat ini teman menjadi haru. Sungguh apa yang dialami tak separah tamu yang Allah kirimkan. Sungguh, kita amat kaya Kawan! Maka sebelum mengeluh dengan rumah yang sempit, ingatlah mereka yang tidur beratap langit! Sebelum mengeluh tak bisa berlari, ingatlah mereka yang tak punya kaki! Sebelum mengeluh tak sanggup beli kacamata, ingatlah mereka yang buta! Sungguh kita amat kaya!


Adakah Hari yang Sial?

Bagi mereka yang pandai bersyukur dan mengambil hikmah, tak akan pernah ada hari yang sial. Mereka akan terus tersenyum dan bersyukur meskipun menjalani hari yang menurut orang lain terlihat berat. Karena seperih apapun suatu kisah, akan senantiasa bertabur hikmah.


Adakah Cinta yang Sial?

Banyak orang yang menyesal menikah dengan pasangan yang sekarang. Kemudian menganggap itu sebagai suatu kesialan. Padahal, mungkin saja pasangannya yang lebih sial. Karena berjodoh dengannya.

Mari belajar dari sepasang kekasih yang mendorong gerobak tadi, mereka menerima dan menjalani hidup tanpa keluh. Dalam beratnya cobaan, mereka tak kehilangan cinta. Mereka mencintai dalam kesederhanaan hidup. Mereka tak cerai seperti artis yang hidupnya berlimpah tapi hampa dari komitmen dan cinta. Mereka memahami bahwa materi itu tak kekal, cinta dan pemahaman yang baik terhadap hidup, itulah yang akan bertahan.

Menerima pasangan apa adanya, kemudian bertekad untuk perbaiki diri adalah pilihan lebih bijak dari pada menuntut pasangan untuk berubah. Tidak ada kesialan bagi mereka yang terus berpikir dan mengambil hikmah. Andai dia benar-benar buruk, apakah diri harus berubah menjadi buruk untuk menyayingi keburukannya?


Selalu ada pilihan yang menyertai hidup. Bijak-bijaklah dalam memilih. Ingin tanya-tanya dan ngobrol dengan saya, follow dan RT @SenyumSyukur ^^


23 Oktober
Pasar Minggu

3 bulan lagi, hehe



Share This Article


9 comments:

  1. Salam kenal kembali, saya kok terharu ya baca tulisannya. Ya apapun yang terjadi, kehidupan yang melingkupi kita, pasangan yang menemani hidup kita, anak dan segalanya, memang harus kita syukuri, karena tanpa bersyukur niscaya kita akan terus merasa kurang, TFS ya mas

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah di ingkatkan dengan tulisan ini,, kamasihh :))

    ReplyDelete
  3. ya... kadang manusia memang tidak bersyukur, tulisan ini sebagai pengingat saya. terima kasih :)

    ReplyDelete
  4. bukan sial hanya kurang beruntung ...hahaha

    ReplyDelete
  5. Sial di awal namun pembelajaran diakhir

    ReplyDelete