Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Cerita Tentang Monas dan Jualan

Dulu, ketika di kampung, Monas adalah tempat spesial yang hanya bisa dilihat dari layar kaca. Maka tak heran, melihat Monas secara langsung adalah mimpi sebagian besar anak-anak kampung. Mungkin orang kota, khususnya yang tinggal di Jakarta menertawakan mimpi ini. Tapi begitulah sebagian kecil mimpi orang-orang kampung. Terutama yang tinggal jauh dari ibu kota, mimpi ini bisa terbilang besar karena hanya sedikit yang mampu mewujudkannya.

Saya juga bagian dari anak kampung itu. Sampai saat ini kampung ibu belum ada listrik. Hanya beberapa rumah yang dapat bantuan listrik tenaga surya. Selebihnya, jika tiba waktu malam, lampu minyak menjadi hiasan wajib setiap rumah untuk mengusir gelap. Namun, Alhamdulillah dari sebagian besar anak kampung itu, saya bisa melihat Monas secara langsung, hehe. Bahkan kemarin mencatatkan sebuah “sejarah” di sana.



Jualan Depan Monas

Kemarin, saya bersama tim dalam sebuah kelompok seminar bisnis di paksa berjualan di Monas. Kami di beri baju, roti dan air yang harus di jual selama satu jam. Kelompok yang paling laku jualannya akan mejadi pemenang.

Jujur, sebagai pemula dalam berdagang saya sangat malu dan grogi dengan aksi ini. Perasaan takut di tolak sangat mewarnai hati. Tapi ini adalah tantangan yang harus dilalui. Perkara laku atau tidak menjadi urusan yang terakhir.

Awalnya saya menawarkan kepada mereka yang duduk atau berpapasan di jalan. Karena tak kunjung laku saya berdiri di depan Monas dan menawarkan pada mereka yang lewat. Kira-kira setengah jam saya berdiri di sana sebelum kembali berkumpul dengan anggota kelompok lainnya. Singkat cerita kami menjadi juara dua dalam perlombaan itu. Meskipun tak dapat hadiah, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga dari “aksi” kecil ini.


Beda dengan Jualan Online

Selama ini saya terbiasa jualan tapi Online. Ketika “dipaksa” jualan di dunia nyata sensasinya sangat berbeda. Dalam jualan online kebanyakan pembeli yang mencari penjual sedangkan kemarin saya harus “mengejar-ngejar” pembeli.


Memikat Hati

Ternyata berdagang itu bukan hanya soal ada barang dan uang. Tapi bagaimana setiap penjual bisa memikat hati pembeli. Jika pembeli sudah senang kepada penjual maka apapun yang dijual pasti ada yang beli.

Pemenang pertama dalam seminar itu dimenangkan oleh mereka yang pandai memikat hati. Dari ceritanya, mereka menyapa calon pembeli dengan “hai cantik” untuk wanita dan “hai tampan” untuk pria. Strategi itu terbukti ampuh dengan menjadikan mereka sebagai kelompok dengan penjualan terbanyak dalam satu jam.


Keutamaan Pedagang / Penjual / Pebisnis
“..Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..” (Al-Baqarah: 275)
Dalam usaha, bisnis, dan perdagangan selalu dipenuhi godaan berbuat curang. Untuk itu bagi para pedagang dan pebisnis yang jujur dan amanah, Rasul shalallahu 'alaihi wasallam menjanjikan pahala yang besar. Beliau bersabda: 
“Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti)” (HR. Ibnu Majah, al-Hakim dan ad-Daraquthni)
Semoga catatan ini bermanfaat untuk Kawan semua. Berusahalah untuk mandiri sejak kecil. Jangan pernah bergantung pada orang lain. Ingat, sesuap nasi yang didapat dari keringat sendiri itu lebih berharga dari uang jutaan namun hasil minta-minta.

Tetap semangat Kawan, dan sampai jumpa di puncak kesuksesan!



Share This Article


3 comments:

  1. sayang saya pas gak di sana, kalodi sana biar saya borong trus senyum sukur jadi juara pertama, trus kita bagi2 deh hadihnya hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cepatlah ustad kemari.. masih banyak kegiatan serupa.. hehe

      Delete