"Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa."
(QS. 2 ayat 197)
(QS. 2 ayat 197)
Hidup adalah perpisahan maka
jadilah manusia yang berarti dalam setiap pertemuan. Hidup itu perantauan sebab semua
akan kembali ke “kampung halaman”. Hidup ini “abadi” karena
setelah dunia ada akhirat yang menanti.
Maka berbekallah setiap jiwa, dan sebaik-baik bekal adalah takwa.
***
Di bulan Juni beberapa tahun yang lalu, di tempat wudhu sebuah mesjid, saya diam merenung memikirkan cerita hidup tujuh belas tahun lalu. Untuk sebagian orang, mungkin itulah saat terindah dalam hidupnya. Namun buat saya, diusia yang genap 17 tahun, entah mengapa hati lebih memikirkan kematian yang pasti mendekat.
Mungkin hal ini tak lepas dari masa kecil yang senantiasa ditemani cerita perpisahan dan kematian. Kedua kakek, ibu, kakak, nenek, ayah, dan yang terakhir nenek sebelah ibu berturut-turut pergi meninggalkan saya. Kecuali nenek sebelah ibu, semuanya terjadi di usia yang belum genap sebelas tahun.
Jujur, dalam setiap perpisahan selalu ada luka dan kenangan pahit yang mesti dirasakan. Kenangan yang mau tak mau akan selalu teringat. Bukan untuk menyiksa diri tapi dalam kenangan itu selalu ada bagian manis yang terlalu indah dilupakan.
Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman masa kecil itu, bahwa hidup ini adalah perpisahan. Entah bersifat sementara atau selamanya, hadirnya sebuah ketentuan. Mau tak mau, suka tak suka, semua akan berpisah dan kembali. Setiap orang akan merasakan perpisahan dengan yang dicinta. Karena kematian pasti adanya.
Perayaan Cinta
Memang sampai saat ini kitalah yang selalu merasakan pedih ditinggal orang-orang tercinta, tapi suatu saat nanti yakinlah kitalah yang akan “pergi” meninggalkan mereka, selamanya.
Untuk itu, selagi ada kesempatan, manfaatkan ia dengan sebaik mungkin. Jangan pernah menunda hari dalam merayakan cinta. Sebab bisa jadi inilah hari terakhir bersama orang tercinta. Jangan pernah menunggu waktu untuk merayakan cinta. Karena setiap hari bisa jadi hari terakhirnya bersamamu.
Menjadikan saat ini hari perpisahan akan menuntun hati untuk menghargai setiap momen pertemuan. Menjadikan setiap hari akhir pertemuan membuat hati berpikir keras untuk meninggalkan kesan yang mendalam, menghilangkan segala sakit, dan selalu memberi cinta sepenuh hati. Menganggap hari ini adalah waktu kepulangan mengingatkan hati agar tak lupa mencari bekal, tak lalai dengan materi, dan terus bersabar menghadapi cobaan.
Sungguh aneh jika di hari perpisahan, pertemuan masih terasa hambar. Sungguh ironis jika diakhir pertemuan, terukir kesan menyakitkan, membuat luka, mengalirkan air mata, dan penghianatan janji. Sungguh merugi jika dihari kepulangan, bekal ternyata tak mencukupi, amalan sangat minim, dan dosa membumbung tinggi.
Tentu semua orang ingin menjadikan hari terakhir dalam hidup penuh cerita dan kesan. Membahagiakan orang-orang tercinta, menghabiskan waktu bersama, mencium dan memeluk, mengucapkan terimakasih atas segala cinta, juga tak lupa memohon maaf atas segala salah.
Sayang tak ada satupun yang tahu kapan hari terakhir hidupnya. Maka anggapan saat ini adalah momen terakhir akan menjauhkan hati dari penyesalan. Andai esok hidup masih berjalan, adakah yang dirugikan?
Jika hati belum mampu berpikir hari ini hari terakhir, berpikirlah mungkin saja ini adalah hari terakhir orang yang dicinta. Agar diri bisa berbakti dan merayakan cinta sepenuh hati, sepenuh jiwa, bersama pujaan hati. Layaknya orang yang akan berpisah, seperti orang yang tak akan bersua lagi.
Tentunya, perayaan cinta yang saya maksud merupakan perayaan cinta orang tua dan anak, suami dengan istri, atau sahabat bersama sahabat lainnya.
Bakti pada orang tua adalah perayaan cinta yang indah. Mengucapkan terimakasih sepenuh hati pada mereka yang melahirkan merupakan bukti sebuah cinta. Pelukan erat atau bahkan mesra antara suami istri tentunya menambah kehangatan cinta. Persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah adalah sebuah kado istimewa hidup dalam cinta.
Bakti pada orang tua adalah perayaan cinta yang indah. Mengucapkan terimakasih sepenuh hati pada mereka yang melahirkan merupakan bukti sebuah cinta. Pelukan erat atau bahkan mesra antara suami istri tentunya menambah kehangatan cinta. Persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah adalah sebuah kado istimewa hidup dalam cinta.
Cinta Setiap Waktu
Kawan, beberapa hari lagi menurut orang-orang usia saya akan bertambah satu. Padahal hekekatnya ia sedang berkurang. Jika ditakdirkan berusia empat puluh maka habislah satu tahun dari yang diberikan.
Tentang ulang tahun, hati sangat bersyukur lahir dari keluarga yang tak mengenal ulang tahun. Seingat saya, sejak kecil sampai sekarang, di rumah kami yang mungil itu, belum pernah dirayakan hari ulang tahun. Entah untuk saya, kakak, ayah, maupun ibu.
Dulu sempat terpikir bahwa keluarga seperti saya ini bukanlah keluarga yang romantis. Keluarga yang tak bisa menghargai dan merayakan cinta. Keluarga yang keras dan tak mengerti arti sebuah cinta. Keluarga yang kaku dan terpaku aturan masa lalu.
Namun setelah direnungi, hidup memberi tahu saya bahwa cinta bukanlah sesuatu yang dirayakan setiap tahun, tapi setiap hari, sepanjang waktu. Sebab perpisahan (baca: kematian) bisa terjadi kapan saja, tak mengenal waktu, tepat waktu, dan tanpa memberitahu.
Kawan, kadang kesehatan membuat hati lalai mengingat mati. Namun hari terakhir bersama ayah memberitahu saya, bahwa kesehatan bukanlah jaminan hidup masih lama. Ayah, di hari akhirnya bersama kami masih kelihatan sehat bugar. Beliau masih bisa mengangkat bambu yang berat, memperbaiki kandang, bercanda dengan tetangga yang lewat depan rumah, bahkan sekitar dua jam sebelum "pergi", beliau sempat mengijinkan kakak ke sebuah pesta. Namun begitulah maut. Saat tiba waktunya selalu tepat waktu, jika tiba masanya akan datang tanpa tertunda.
Kadang pula, masa muda membuat hati lupa akan mati. Padahal begitu banyak orang lebih muda telah pergi dan tak pernah kembali. Contohnya kakak. Beliau wafat di usia yang sangat muda, saat masih SMA, kira-kira seperti usia saya yang sedang termenung saat itu.
Cinta dan Perpisahan
Pertemuan, cinta, dan perpisahan merupakan keharusan dalam hidup. Saat ditakdirkan bertemu (hidup) maka yakinlah pasti akan berpisah (mati). Dan di antara keduanya selalu ada cinta yang menghiasi. Sebuah anugrah yang membuat hidup jadi lebih indah. Sudahkah hati merayakan dan mensyukurinya?
Kawan, diakhir catatan ini saya hanya ingin berterimakasih kepada keluarga yang selalu mendukung dan mencintai. Khususnya buat Mama, Bunda, dan dua kakak tercinta. Merekalah yang telah banyak berjasa dalam hidup. Cinta dan kasih sayang mereka, telah menjadi obat rindu akan Ayah dan Ibu yang telah tiada.
Terimakasih atas doa-doanya, terimakasih telah mendengarkan, terimakasih telah percaya, terimakasih telah merindukan, terimakasih atas segalanya, terimakasih atas cinta yang selalu dirayakan di rumah kecil kita, setiap hari, sepanjang waktu, bahkan ketika raga terpisah jauh. Terimakasih, terimakasih, dan terimakasih.
Semoga Allah mengumpulkan kita di surga-Nya kelak, bersama para nabi, rasul, dan orang-orang shaleh.
***
«اللهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ»
"Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku, dan perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan."
Catatan dari hati,
Semoga menginspirasi,
Pernah diposkan saat masih di Batam.
Diposkan kembali, di rumah
02.45 waktu Gorontalo
17 Juni 2014
_______________________________________________________
Belajar mengungkapan terimakasih lewat tulisan akan mempererat hubungan cinta kasih. Tak perlu pandai merangkai kata, asal hati bicara, semua akan tersampaikan. Karena semua yang ditulis dengan hati akan dibaca oleh hati, dan semua yang berasal dari hati akan jatuh menyentuh relung hati.. : D
***
Di tulis untuk:
- Mengobati rindu akan keluarga yang jauh di sana.
- Hadiah perpisahan untuk SD IT dan SMP IT El Yasin Batam, tempat saya mengajar.
Share This Article
kalau saya, tiap ada yang 'ulang tahun', selalu saya katakan: "selamat hari tanggal lahir ^^" :p
ReplyDeleteIyaa kadang aneh ya? Bukannya kalau ulang tahun itu artinya usia kita berkurang, bukan bertambah. Jadi kenapa harus dirayakan? Apalagi saat 17 tahun (saat itu saya kelas 3 SMA), mungkin karena perayaan dapat KTP? :p
Hihi.
Saya suka tulisan2 di sini. 'Adem' bacanya ^^
Makasih mba, sudah sering berkunjung..
DeleteBanyak yang menilai, bila seseorang melupakan ulang tahun orang terdekatnya, itu tanda tidak perhatian atau tidak sayang. Sayang sekali bila itu menjadi ukuran. Padahal cinta dan sayang tidaklah sesempit itu. Keberadaannya luas dan dalam, bahkan tak terukur.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, tercatat sebagai peserta.
Maksih Bunda..
Deletetadinya saya ragu untuk daftar atau ga..
ternyata di terima.. :D
Syukran
Subhanallah.. kalimat demi kalimatnya sangat inspiratif dan syarat hikmah..
ReplyDelete:D
Deletedatang berkunjung...
ReplyDeletesaya juga lahir dari keluarga yang tidak mengenal ulang tahun. tapi tidak ada yang perlu di sesali, karena perayaannya, bukan satu hal yang begitu penting dalam hidup, tapi perenungannya itulah yang harusnya ada... :)
Iya mas..
DeleteMakasih sudah berkunjung..