Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Berbekallah!

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. 59: 18-21)

Itulah empat ayat yang sangat berkesan dalam hidup kami. Empat ayat yang kami janjikan dalam beberapa tulisan sebelumnya.
Kami mengenal empat ayat ini sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, saat kami diasramakan untuk menyambut ujian akhir nasional.

Melalui ayat-ayat ini, dengan izin Allah tentunya, berkali-kali kami tersadar dari kefuturan. Entah itu melalui bacaan imam di waktu shalat, atau melalui ceramah, dan kadang dengan inisiatif untuk membacanya disaat hati tengah gundah gulana.

Dari begitu banyak kisah yang terjadi dengan ayat ini, ada satu kisah yang menurut kami sangat indah untuk dibagi dan diceritakan. Yaitu kisah saat kami masih berseragam putih abu-abu.

Masa SMA adalah masa yang bisa dikatakan paling indah dan berkesan. Masa yang menghadirkan banyak kisah dan cerita, canda dan tawa, semangat dan mimpi, dan tak ketinggalan dengan lima huruf yang di sebut C I N T A, he he.

Mungkin yang telah membaca tulisan berjudul Jendela Hati tahu bagaimana kisah kami. Yang jelas kisah itu tak sepenuhnya nyata. Karena kami telah mengurangi dan menambahkan beberapa hal sebagai pelajaran. Intinya, saat itu kami begitu gundah gulana atau galau tingkat tinggi. Makan tak enak, minum tak enak, dan bahkan tidurpun tak nyenyak. Sungguh benarlah firman Allah yang berbunyi: "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."

Ya, saat hati melupakan Allah, maka Allah akan menjadikan ia lupa akan diri sendiri. Sehingga ia melakukan hal-hal yang bisa mencelakai dirinya, menghabiskan hartanya, bahkan membawanya mati dalam keadaan hina dan dihinakan. Na’udzu billahi min dzalik.

Kawan, saat hati dipuncak kegalauan cinta, atau lebih tepatnya kegalauan nafsu, ia membuka empat ayat diatas, dan membacanya berulang-ulang. Hingga tanpa terasa, airmata terus menetes membasahi wajah, menyirami relung jiwa yang telah mengering, membuka hati yang tertutup, serta memberikan ketenangan pada perasaan yang diliputi kegalauan.

Saat itu, kami sadar bahwa ternyata tak ada cara lain untuk menggapai kebahagiaan dan ketenangan selain dengan mengingat Allah. Hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang, begitulah bunyi surat Ar Rad ayat 28.

Sejak saat itu pula, kami memilih untuk mendiamkan cinta itu, menunggu waktu yang tepat dan halal untuk mengungkapnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, cinta yang diam itu akhirnya bicara. Dengan setengah berbisik ia menyuruh hati untuk melupakan cinta itu. Bagi yang ingin mendengar bisikannya silahkan klik disini.

Mungkin ada yang berkata bahwa mereka yang mencintai dalam diam adalah para penakut. Maka kami katakan pada mereka yang berani mengungkapkan cinta sebelum waktunya adalah para “pemberani”. Ya, mereka adalah para pemberani, berani menerima azab Allah, berani menanggung dosa, berani bermain-main dengan larangan Allah, dan mungkin saja berani masuk nerakanya Allah.

Sungguh Allah itu Maha Adil. Dia takan membiarkan hambaNya tersesat di dunia ini tak tentu arah. Untuk itu diturunkannya Alquran dan diutus pula seorang Rasul. Semua telah dijelaskan, semua telah disampaikan, hanya terkadang manusia malas atau tak mau belajar.

Apapun masalahmu, apapun kesulitanmu, apapun yang menimpa dirimu, semuanya ada jawaban yang jelas dalam agama ini. Apalagi masalah cinta, semua itu telah diatur dalam agama ini. Bukan untuk mengekang, tapi agar cinta yang indah ini tetap menjadi indah, agar cinta yang suci itu terus menjadi suci.

Kami yakin, sebagian dari pembaca ada yang sudah atau sedang pacaran. Mungkin tulisan-tulisan dibawah ini bisa memberi sedikit masukan dan jawaban bagi mereka yang tengah dimabuk cinta.

-Indahnya Jatuh Cinta
-Jika islam melarang pacaran, apakah Islam juga melarang kita untuk jatuh cinta?
-Indahnya menipu wanita.
-Lupakan saja.

Kembali ke empat ayat tadi, pada ayat 18 Allah menyuruh kita untuk bertakwa dan mempersiapkan diri untuk hari esok. Hari yang tak berguna harta benda dan hubungan kekeluargaan. Pada hari itu seorang saudara lari dari saudaranya yang lain, dari ayah maupun ibunya, dari suami maupun istrinya, dan begitu juga dari anak-anaknya.

Hari yang begitu menakutkan, janin-janin berguguran dari kandungan ibunya, kau melihat orang-orang sepertinya mabuk padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi karena azab Allah amat pedih.

Hari tempat orang-orang berlomba-lomba untuk menyesal. Ada yang menyesal karena salah memilih teman, ada pula karena tak mengikuti jalan rasul, bahkan orang-orang kafirpun pada hari itu berharap seandainya dulu mereka adalah tanah sehingga tak akan dihisab pada hari itu.

Pada hari itu, amal shalih menjadi sangat berharga. Orang-orang berharap untuk kembali kedunia sekejap saja agar bisa mengamalkan apa-apa yang mereka tinggalkan.

Kawan, hari itu pasti datang. Kita semua akan meninggalkan dunia ini. Karena kematian itu benar adanya dan kiamat pasti terjadi. Kami yakin kau tahu itu. Tapi kita semua sering lupa dengannya.

Jika kita yakin bahwa perpisahan itu pasti akan terjadi, maka hendaklah kita tengok apa yang telah disembahkan untuk perpisahan itu? Apakah bekal kita sudah cukup?

Allah berfirman:  "Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." (QS.Al- Baqarah:197). 

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."


Hendaklah ayat ini menjadi pengingat kita untuk senantiasa menghitung-hitung diri, memuhasabah hati, dan sebagai intropeksi terhadap jiwa. karena, "Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung"

Sebagai penutup, kami sertakan status sM pembuka kami. Buruan daftar, tinggal 5 orang lagi.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasi
k. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. 59: 18-21)

“Coba pikir! Bila Alquran diturunkan pada gunung yang besar dan tinggi, niscaya gunung itu akan tunduk, bahkan retak dan hancur. Sementara hati Anda yang ukurannya hanya serpihan dari gunung itu, berapa banyak ia mendengarkan Alquran? Namun demikian ia tidak pernah tunduk dan tidak terpengaruh. Rahasia dibalik itu hanya satu; ia tidak merenungkannya.” (Prof. DR Nashir Al-Umar)

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi (merenungkan) Alquran, ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad ayat 24)

“Jika ucapan orang yang berilmu lebih layak didengarkan daripada ucapan orang bodoh, dan ucapan seorang ibu yang penyayang lebih layak didengarkan dari daripada ucapan orang lain, berarti ucapan Allah Yang Maha Berilmu dan Maha Penyayang lebih layak didengarkan, direnungkan, dan dipahami.” (Alharits Almuhasibi)


Semoga Bermanfaat, Senyum Syukur
Thailand 8 Desember 2012
Share This Article


No comments:

Post a Comment