Dia adalah orang tercantik yang pernah aku kenal setelah Ibu, Mama, dan Bunda. Meski umurku dan umurnya cukup jauh berbeda, namun hal itu tak menghalangiku untuk dekat dengannya.
Aku yakin dia sangat mencintaiku sebagaimana aku mencintainya, merindukanku seperti aku merindukannya, dan mengharapkan yang terbaik bagiku sebagaimana aku mengharapkan yang terbaik untuknya. Meski cinta, rindu, dan sayang itu belum pernah terungkap lewat kata, cukuplah matanya yang mengabarkan semua itu. Kawan, mata itu takan pernah berbohong, sebab mata adalah jendela hati. Boleh saja mulut berkata benci, namun jika di hati ada cinta maka mata akan tetap memancarkan rasa cinta meski mulut berkata benci.
Kawan, meskipun sejak kecil kami saling mengenal dan bersama, tapi rasa cinta itu baru disadari saat telah dewasa. Ketika jarak ribuan kilo memisahkan kami, saat itulah aku sadar bahwa dia begitu istimewah bagiku. Ya, saat itulah aku sadar bahwa aku mencintai dan merindukannya.
Dia bukanlah siapa-siapa, dia adalah kakakku yang tercantik, Ummu Fadhil.
***
Ka, tulisan ini dibuat, saat adik teringat tangisanmu dibandara dulu. Dia tak menyangka kau menangis dan sedih seperti itu. Ketahuilah ka, disini adikmu Alhamdulillah baik-baik saja, doa dan dukunganmu selalu dinantinya.
Terakhir, dari hati yang dalam ia mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah mengajarkannya membaca. Sebab itulah awal ia bisa mengenal dunia. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu itu dengan balasan yang berlimpah. Dan terakhir salam buat si kecil Fadhil.
Dari Adikmu yang nakal: Senyum Syukur.
Share This Article
No comments:
Post a Comment