Hari Sial --> Suatu malam, karena satu dan lain hal, saya dan seorang
teman terkunci di luar kontrakan. Akibatnya kami tak bisa masuk padahal malam
semakin larut. Setelah berunding, akhirnya saya memilih kembali ke kosan baru. Sedangkan
teman, dia memutuskan menunggu teman lainnya yang membawa kunci.
Sayang, teman yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya dia
tidur di tangga depan kontrakan berteman nyamuk, bising, dan udara yang dingin.
Tentu kejadian ini melahirkan dongkol dalam hati. Membuat diri merasa sial dan
bertanya-tanya, mengapa harus begini?
Beruntung, sebelum rasa dongkol menyelimuti hati, Allah
kirimkan “tamu” untuk ingatkan diri. Sepasang suami istri beserta seorang anak
yang “mesra” memulung, mengais sampah untuk bertahan hidup.
Sang suami mendorong gerobak, sedangkan anak dan istri naik
di dalamnya. Berbagi tempat dengan sampah yang berhasil dipungut. Berteman bau
dan nyamuk yang lebih banyak. Berharap malam itu tak turun hujan, agar mereka
bisa melanjutkan “kerja”.
Melihat ini teman menjadi haru. Sungguh apa yang dialami tak
separah tamu yang Allah kirimkan. Sungguh, kita amat kaya Kawan! Maka sebelum mengeluh
dengan rumah yang sempit, ingatlah mereka yang tidur beratap langit! Sebelum mengeluh
tak bisa berlari, ingatlah mereka yang tak punya kaki! Sebelum mengeluh tak
sanggup beli kacamata, ingatlah mereka yang buta! Sungguh kita amat kaya!
Adakah Hari yang Sial?
Bagi mereka yang pandai bersyukur dan mengambil hikmah, tak
akan pernah ada hari yang sial. Mereka akan terus tersenyum dan bersyukur meskipun
menjalani hari yang menurut orang lain terlihat berat. Karena seperih apapun
suatu kisah, akan senantiasa bertabur hikmah.
Adakah Cinta yang Sial?
Banyak orang yang menyesal menikah dengan pasangan yang
sekarang. Kemudian menganggap itu sebagai suatu kesialan. Padahal, mungkin saja
pasangannya yang lebih sial. Karena berjodoh dengannya.
Mari belajar dari sepasang kekasih yang mendorong gerobak
tadi, mereka menerima dan menjalani hidup tanpa keluh. Dalam beratnya cobaan,
mereka tak kehilangan cinta. Mereka mencintai dalam kesederhanaan hidup. Mereka
tak cerai seperti artis yang hidupnya berlimpah tapi hampa dari komitmen dan cinta. Mereka memahami bahwa materi itu tak kekal, cinta dan pemahaman yang
baik terhadap hidup, itulah yang akan bertahan.
Menerima pasangan apa adanya, kemudian bertekad untuk perbaiki
diri adalah pilihan lebih bijak dari pada menuntut pasangan untuk berubah. Tidak
ada kesialan bagi mereka yang terus berpikir dan mengambil hikmah. Andai dia
benar-benar buruk, apakah diri harus berubah menjadi buruk untuk menyayingi
keburukannya?
Selalu ada pilihan yang menyertai hidup. Bijak-bijaklah
dalam memilih. Ingin tanya-tanya dan ngobrol dengan saya, follow dan RT
@SenyumSyukur ^^
23 Oktober
Pasar Minggu
3 bulan lagi, hehe
Share This Article
Salam kenal kembali, saya kok terharu ya baca tulisannya. Ya apapun yang terjadi, kehidupan yang melingkupi kita, pasangan yang menemani hidup kita, anak dan segalanya, memang harus kita syukuri, karena tanpa bersyukur niscaya kita akan terus merasa kurang, TFS ya mas
ReplyDeletealhamdulillah di ingkatkan dengan tulisan ini,, kamasihh :))
ReplyDeletesama-sama, semoga bermanfaat :)
Deleteya... kadang manusia memang tidak bersyukur, tulisan ini sebagai pengingat saya. terima kasih :)
ReplyDeletesama-sama mba.. semoga menginspirasi.. :)
Deletebukan sial hanya kurang beruntung ...hahaha
ReplyDeleteHalo toko penjual, namau aneh senkali.. hehe
DeleteSial di awal namun pembelajaran diakhir
ReplyDeletealhamdulillah, ala kulli hal :)
Delete