"Saat lahir, kita tak bisa memilih ibu yang akan melahirkan kita, namun saat dewasa kita bisa memilih calon ibu terbaik yang akan melahirkan anak-anak kita, pilihlah yang baik agamanya, niscaya kau takan menyesal" Senyum Syukur
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (Muttafaqun Alaihi)
Tentang Tiga Ibu dan Seorang Ayah
Jika mengingat hal itu, kadang membuatku bersyukur karena diberi kesempatan hidup oleh Allah, tapi kadang juga merasa bersalah karena menjadi penyebab kematian ibuku. Namun, itulah takdir yang Allah tuliskan untukku dan ibuku. Kita kadang bertanya kenapa, tapi yakinlah apa yang Allah tuliskan itulah yang terbaik. (Senyum Syukur-Ibu dan Cinta Pertama)
Kawan, dari beliaulah aku belajar bahwa ketika Allah mengambil sesuatu yang engkau cintai, Dia akan menggantikan dengan sesuatu yang sama atau lebih baik darinya jika kau rela dan ikhlas dengan apa yang telah Dia tuliskan untukmu.
Dari beliau pula aku menjadi tahu bahwa cinta tanpa pamrih itu akan selalu terbalas dengan cinta yang lebih besar. Cinta yang tulus itu, senantiasa membekas dihati orang yang dicintai, dan kasih sayang seorang ibu itu, selalu penuh dengan kejaiban-keajaiban yang tak bisa dilukiskan dengan kata. Andaipun ada kata yang bisa melukiskannya maka aku sebut itu "CINTA". (Senyum Syukur-Mama dan Cinta Kedua)
“Wan, mintalah pada Allah. Allah malu jika tidak mengabulkan doa anak yatim yang meminta padaNya” seperti itulah nasehat yang senantiasa beliau ulangi sejak aku menjadi yatim. (Senyum Syukur-Bunda dan Cinta Ketiga)
Senyum bangganya itu adalah hadiah yang sangat berarti bagiku. Senyum yang selalu memotivasiku untuk terus juara. Senyum yang akan selalu ku kenang. Senyum yang tak pernah aku lihat semenjak peristiwa itu. Bahkan meskipun aku menjadi yang terbaik di sekolah, senyum itu telah hilang dan tak dapat aku saksikan lagi. (Senyum Syukur- Ayah, Sebuah Catatan DariHati)
Untukmu Para Ibu dan Calon Ibu
“Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.” (Muhammad Quthb)
"Ibu adalah sebuah sekolah, jika kau persiapkan ia dengan baik, maka kau telah mempersiapkan generasi yang baik" (Syair Arab)
"Pesan saya untuk para ibu, anak Ibu memang akan hidup kekurangan materi jika Ibu tidak bekerja. Tapi saat Ibu memaksa bekerja di saat yang salah, anak-anak itu akan kehilangan cinta, dan itu lebih bahaya" (Senyum Syukur- Apa Kabar Fadhil)
Muslimah bagaikan HATI dalam umat ini. Jika mereka baik maka akan baik pula umat ini, Namun jika mereka rusak maka umatpun akan rusak. Mengapa? Karena Umat yang tangguh hanya akan terlahirdari Ibu yang tangguh pula. (Senyum Syukur)
01. samar betul bagi kita masa depan yang dijelang anak-anak | apakah di masa depan ia masih taat Islam atau berontak
02. kita jalani Islam dengan penuh ketaatan | namun tiada jaminan pada keturunan
03. walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa | di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orangtua
04. mendidik anak di zaman ini benar mengkhawatirkan | disaat dosa dan maksiat menjadi bagian hidup dan kewajaran
05. maka kita takjub dengan ibu yang melalaikan saat anak bertumbuh | padahal itulah saatnya dia belajar agama pada ibunya secara penuh
06. uang takkan pernah ada cukupnya | masa perkembangan anak tiada gantinya
07. dengan beribu alasan peran ibu mulai hilang terganti | digantikan oleh pembantu yang dengan agama tidak mengerti?
08. sementara wanita berbangga dengan berapa banyak pnghasilan dirinya | mencoba mencari eksistensi diri dari uang yang tidak seberapa
09. "lalu bila tidak bekerja untuk apa tinggi bersekolah?" | inilah pemahaman salah kaprah pangkal dari generasi musibah
10. justru diperlukan ibu berpendidikan tinggi | untuk mendidik anak-anak agar ranggi
11. jangan berpikir seolah sayang bila pendidikan tinggi | hanya untuk mendidik anak dan rumah tangga ia dipakai
12. seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan | padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan
13. menjadi idola bagi anak-anak itu usaha luar biasa | tak banyak wanita yang sukses melakukannya
14. jangan heran bila satu saat anak melawan ibunya | wajar saja dia lebih sering bertemu teman dibanding orangtua
15. uang tidak bisa membeli ketaatan dan kepatuhan anak | atas waktu ibunya bukan kantor yang punya namun anak lebih berhak
16. tapi terkadang hidup memang menyudutkan wanita yang terpaksa bekerja | maka kita bertanya pada suaminya yang seharusnya dia
17. atau ada wanita hidup membesarkan anak sendiri | kita hanya berdoa Allah beri kekuatan kesabaran dan solusi
18. namun nasihat ini bagi wanita-wanita yang mungkin belum sadar | bahwa ada yang jauh lebih penting dari uang dan jabatan sekedar
19. karena karir terbaik wanita adalah menjadi ibu | maka pantaskan diri dengan iman dan ilmu
20. gagal pekerjaan bisa diulang kapan saja | gagal menjadi ibu hanya penyesalan tersisa
21. atau jangan-jangan emas perak sudah lebih menarik dari surga | hingga kita membandingkan antara harta dan pahala?
22. bila tidak tahu darimana memulai jadi ibu yang baik bagi anak | maka mulailah dengan memberikan waktu baginya yang paling banyak
23. karena taat itu asalnya dari cinta | cinta tumbuh dari waktu bersama-sama
24. lebih banyak berkisah padanya lebih banyak memeluknya | mudah-mudahan lebih taat pada Allah jadinya dia karena ibunya
25. semua sulit dan susah itu akan terganti sempurna | saat mereka berucap "karena Allah aku menyayangi bunda" (Felix Siauw)
“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin bagi saya untuk bekerja pada waktu itu. Namun, saya pikir buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan risiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang dan saya bentuk sendiri pribadinya? Anak saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak? Seimbangkah orangtua kehilangan anak dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu." (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)
Untuk calon Ayah: "Saat lahir, kita tak bisa memilih ibu yang akan melahirkan kita, namun saat dewasa kita bisa memilih calon ibu terbaik yang akan melahirkan anak-anak kita, pilihlah yang baik agamanya, niscaya kau takan menyesal"
Untuk mendapatkan yang terbaik, tentunya harus baik dulu. "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." (QS An Nur:26)
Mari memperbaiki diri!
Share This Article
Kalau menurut Aisyah sih, perempuan harus belajar bukan hanya untuk tujuan bekerja, kalau gitu sih ilmunya gak manfaat buat orang banyak dong.. Harusnya kita belajar untuk wasilah supaya mendapat ilmu yang bisa kita amalkan dan kita ajarkan ke anak-anak atau masyarakat sekitar, manfaatnya dapet, pahalanya juga.. Lagipula, seorang ibu itu yang merawat, mendidik dan mengembangkan anaknya, kalau ibunya berilmu, tentu bisa mengontrol anaknya dari segi akhlak, pendidikan, sosial, dll..
ReplyDeleteSip, setuju banget.
Deleteterkadang ada beberapa ibu yg merasa malu dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga :(
ReplyDeletesalam kenal....ijin follow ya :)
kami tunggu kunjungan baliknya :)
Sama-sama..
Deletesegera meluncur.. :D