Meninggal [kan] Ramadhan

Sebentar lagi Ramadhan pergi. Meninggalkan segenap sesal dalam diri. Karena tak mampu muliakan dia sepenuh hati.

Tak lama Ramadhan akan pulang. Meninggalkan hati sedih berkabung. Sebab setiap momen tak akan pernah berulang.

Setiap tahun Ramadhan boleh terulang, tapi setiap momen pasti ada yang kurang. Salah satunya ada keluarga yang berpulang.

"Sedih hati akan kerabat yang meninggal di bulan Ramadhan, tapi lebih sedih lagi melihat mereka yang telah meninggalkan Ramadhan padahal Ramadhan belum sepenuhnya pergi."

Masjid yang awalnya penuh tak mampu menampung, sekarang menangis ditinggal sepi. Kawan, mesjid sedang menunggu, mesjid sedang merindu, yuk kembali ke masjid ^^

***

Meninggal di Bulan Ramadhan

Selalu mati menjadi pengingat terbaik. Dua hari lalu seorang tetangga wafat di tempat kerja. Dia petugas POM bensin dan wafat saat sedang melayani pembeli. Tiba-tiba dia ambruk dan tersunggkur. Setelah diperikasa ternyata ruhnya telah pergi berpulang.

Begitulah jika telah tiba waktunya, tak akan pernah tertunda. Tak peduli sesehat apa raga, sebanyak apa harta, setinggi apa jabatan, atau seluas apa kekuasaan. Tak peduli berapa hari lagi Idul Fitri, kemarin ulang tahun, atau besok akan menikah. Dia akan datang tepat waktu dan tanpa mengenal waktu.

"Hidup ini hakikatnya adalah meninggalkan atau ditinggalkan. Sementara atau selamanya, perpisahan itu pasti terjadi. Untuk itu hargailah setiap momen pertemuan."

Kawan, tak ada yang tahu tahun depan diri bisa berjumpa dengan Ramadhan. Untuk itu manfaatakan waktu yang tersisa. Terlambat memang buruk, tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali. Bukankah amal dinilai pada akhirnya? Mari istiqomah hingga akhir :)

28 Ramadhan 1435 H

Share This Article