Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Yuk, Kembali ke Masjid

Seorang pemuda terduduk lemah di atas kursi roda. Namun wajahnya penuh semangat menyimak ustad yang sedang ceramah. Keterbatasan fisik yang diderita tak menjadi alasan untuk tidak mencari ilmu. Badan boleh tak sempurna, tapi semangat harus tetap menyala.


Saya bertemu dengannya saat mengunjungi sebuah universitas di Malaysia. Pertemuan itu sangatlah singkat namun darinya hati belajar banyak hal.


Nikmat yang Tak Terukur


“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya tak akan pernah mampu menghitungnya” (QS 16 ayat 18)

Ada pemuda bersedih karena kehilangan sandal, tapi setelah melewati orang tak berkaki dia langsung bersyukur. Kadang diri lebih sibuk memikirkan apa yang tak dimiliki dan lupa dengan segala yang telah dipunya.

Bertemu dengan pemuda itu menyadarkan hati akan karunia Allah yang sangat berlimpah. Bisa melihat, bicara, dan berjalan adalah nikmat yang selalu dilupa. Terutama nikmat kaki, jarang sekali disyukuri.

Kawan, kaki adalah nikmat yang sangat berharga, tak percaya? Lihatlah Messi yang terkenal, Ronaldo yang jutawan, dan atlet-atlet lain yang menikmati berbagai hadiah dan penghargaan berkat kaki mereka. Kaki yang diri miliki mungkin tak sehebat Messi dan sekuat Ronaldo, tapi adakah yang rela memotong kaki dengan imbalan emas sebesar gunung?


Masjid Itu Dekat

Cerita tentang pemuda luar biasa ini masih berlanjut. Setelah shalat Isya dia mentraktir saya dan beberapa kawan di kedai dekat asrama tempat tinggalnya. Saat menuju kedai hati bertambah kagum. Ternyata jarak asrama dan mesjid terpisah jauh. Bukan saja jauh, bahkan jalanan menuju masjid ada yang berbukit. Bisakah hati bayangkan, bagaimana perjuangan sang pemuda menuju masjid dengan kursi rodanya?

Kesadaran ini mengingatkan diri akan sebuah hadist yang sangat terkenal. Tentang seorang buta yang meminta izin pada nabi untuk shalat di rumah karena tak ada yang menuntun ke masjid. Sejenak nabi membolehkan. Tapi sebelum dia pulang nabi kembali bertanya, “Apakah kau mendengar adzan?” “Ya” jawab pemuda itu. Mendengarnya nabi pun berkata, “Kalau begitu penuhilah panggilan itu”.

Lalu, bagaimana dengan diri yang tak lumpuh dan buta ini?

Kawan, tak semua orang bisa melihat dan berjalan sepertimu. Tak semua orang bisa memandang dan berlari sepertimu. Maka syukurilah nikmat ini dalam mendekatkan diri pada-Nya.

Mesjid itu tak jauh, hanya malas yang mungkin terlalu besar. Mesjid itu tak jauh, hanya semangat yang
mungkin melemah. Mesjid itu cukup dekat, sedekat stadion bagi mereka yang hobi bola, sedekat bioskop bagi yang suka nonton, sedekat tempat wisata untuk yang senang berwisata, sedekat mall bagi yang gila belanja.

Berbahagialah mereka yang hatinya selalu terpaut di masjid. Wa rojulun qolbuhu mu’alqun fil masaajid, dan seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Itulah salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah di hari yang tak ada naungan kecuali dari-Nya. Semoga diri menjadi bagian dari mereka di akhirat kelak.

Akhirnya, semoga catatan yang sederhana ini bisa mengetuk hati-hati yang sedang mencari tenang. Tempat maksiat itu hanya menawarkan kesenangan semu. Kembalilah ke masjid dan temukan ketenangan sejati. Mumpung Ramadhan, yuk kembali ke masjid.



2 Ramadhan ^^
*teringat kenangan akhir 2012 lalu
saat berkunjung ke Universitas Malaya, Malaysia


Share This Article


No comments:

Post a Comment