Ketika SMA saya pernah mendengar sebuah kalimat seperti ini,
“Tuhan, jika aku menyembahMu karena inginkankan surga maka jauhkan ia dariku,
dan jika aku menyembahMu sebab takut neraka maka masukan aku kedalamnya”. Saat pertama
kali mendengarnya, hati terkagum-kagum. Kerena menandakan penyembahan yang
tulus tanpa harap.
Setelah itu muncul lagu berjudul, “Jika surga dan neraka tak
pernah Ada”. Lagu ini sempat popular di zamannya. Isinya hampir sama dengan
kalimat di atas, yaitu tentang pertanyaan kutulusan manusia dalam menyembah
tuhannya.
Beberapa hari lalu saya sempat membaca kalimat yang bernada
sama. Intinya, orang yang beribadah karena ingin surga dan takut neraka adalah tidak
tulus. Karena mereka menyembah dengan “pamrih”.
Sekilas kalimat ini sangat menakjubkan. Tapi, apakah benar maknanya?
***
Jika kita tidak boleh berharap surga dan takut neraka, lalu
mengapa Allah turunkan ayat-ayat ini?
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6)
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin: 26) –> ayat bercerita tentang surga.
“Al Qur'an sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (QS. Al Kahfi: 2)
“Dan orang-orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". (QS. Al Furqon: 65) –>Ayat
ini adalah rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan sifat ‘ibadurrahman.
“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai
surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia
adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan
aku pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Asy Syu'ara: 85-87) –> Doa nabi
Ibrahim.
Dalam banyak hadist nabi pun meminta pada Allah surga dan
dijauhkan dari neraka. Apakah nabi kurang ikhlas? Apakah nabi beribadah dengan
pamrih?
***
Imam Ibnul Qayyim dalam Madarij
As-Salikin berkata, “perjalanan
hati menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala bagaikan burung, kepalanya adalah cinta,
kedua sayapnya adalah takut dan harap, jika kepala dan kedua sayapnya baik,
maka itu adalah burung yang terbaik, jika kepalanya terpenggal, maka burung itu
mati, dan ketika kedua sayapnya patah, maka itu merupakan kesia-siaan bagi
setiap usaha yang tak bermakna. Namun para ulama salaf senantiasa memperkuat dan menyegarkan
kembali sayap rasa takut selama di dunia, ketika mereka keluar dari dunia,
mereka menguatkan sayap harapan, dan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dapat
menyalurkan seluruh nikmat dan karunia-Nya.”
Jati Padang
24 Mei 2014
oh, iya.. makasih buat yang sudah mengirimkan impian-impiannya.
ditunggu sampai tanggal 3 Juni ya :)
Pekan dan bulan ini jarang nulis, semoga bulan depan bisa rutin lagi..
Kata orang-orang, harap dan takut dalam cinta, nampak saat melamar pujaan hati. Ketika menunggu jawaban, saat itulah hati dipenuhi harap dan takut. Takut ditolak dan berharap diterima. Semoga segera dan dapat merasakan kembali,.. #eh :)
Share This Article
No comments:
Post a Comment