Entah berapa pondok pesantren yang beliau bangun dari nol di daerah terpencil, kemudian setelah tumbuh dan mandiri beliau tinggal untuk membangun pesantren baru di kota lain. Bahkan pernah melakukan dakwah yang luar biasa ini hanya dalam waktu sebulan. Ketika itu saya menyaksikan langsung meskipun bukan dari dekat.
Apa rahasia kesuksesan dakwah beliau?
Satu hal yang melekat erat pada diri beliau adalah akhlak yang baik. Beliau sangat santun dalam berbicara, tersenyum setiap bertemu ikhwah, dan sangat memuliakan tamu.
Saya pernah menginap beberapa hari di rumah beliau dan merasakan sendiri kemuliaan akhlak beliau. Ketika itu saya di layani sepenuh hati bak raja yang baru naik takhta. Sampai-sampai saya merasa tak enak kerena di perlakukan seperti itu. Karena sebagai siswa dan lebih muda, seharusnya saya yang memuliakan beliau bukan sebaliknya.
Akhlak beliau dalam memuliakan tamu ini bukan hanya pada saya. Banyak teman mengaku enggan menginap di rumah beliau dengan satu alasan yang sama, takut merepotkan beliau. Karena setiap ada tamu yang datang, beliau akan menyuguhkan makanan, minuman, dan pelayanan yang spesial.
Kenangan Di Kuala Lumpur
Selain ustad di atas, memuliakan tamu mengundang memory dengan ustad-ustad yang ada di Malaysia. Ketika di sana, saya merasa sangat dimuliakan oleh mereka. Seperti yang pernah diceritakan dalam kisah “Keajaiban Berbagi”, saat di Kuala Lumpur saya beberapa kali di jamu dalam rumah makan yang super mewah. Sekali makan untuk sepuluh orang menghabiskan dana tiga ratus ringgit lebih atau sekitar satu juta rupiah lebih sedikit.
Dalam pikiran saya itu sangat mubazzir. Sampai-sampai ada jenis makanan yang baru pertama kali saya lihat, atau hanya melihatnya di televisi ketika di kampung dulu, hingga bingung gimana cara makannya.
Saat itu saya berkata pada salah seorang ustad, “Sungguh saya belum pernah makan makanan semewah ini. Ini sangat berlebihan.”
Ustad itu dengan lembut berkata, “ya akhi, seandainya bukan untuk menjamu kalian, kami juga tak akan pernah makan makanan semewah ini. Apakah kau lupa dengan cerita nabi Ibrahim?”
Pertanyaan itu membuat saya terdiam lama. Mengingat kemuliaan bapak para nabi, Ibrahim Alaihis Salam.
Belajar dari Ibrahim
Bagaimana nabi Ibrahim memuliakan tamu? Saat malaikat bertamu pada beliau dalam wujud manusia, beliau menyembelih sapi muda yang gemuk untuk tamu tersebut. Sebuah contoh yang luar biasa dalam memuliakan tamu. Kawan bisa menyimak kisahnya dalam surat Adz-dzariyat.
Agama di pertaruhkan
Saat ini saya kedatangan tamu di kost. Sungguh perjuangan yang berat untuk memuliakan tamu. Saya mencoba mencontoh kisah-kisah di atas namun tak kunjung mampu. Padahal memuliakan tamu adalah sebuah bukti keimanan.
Dalam sebuah hadist di katakan, "barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya. Jadi, ketika kita tak mampu memuliakan tamu, sama saja mempertaruhkan agama.
Tulisan ini adalah motivasi buat saya pribadi untuk memuliakan tamu yang sedang berkunjung. Semoga diri ini mampu memuliakan tamu hingga beliau pamit nanti.
Tulisan ini adalah motivasi buat saya pribadi untuk memuliakan tamu yang sedang berkunjung. Semoga diri ini mampu memuliakan tamu hingga beliau pamit nanti.
______________________________________
Bagi yang kesulitan mendwonload eBook #YatimBahagia, bisa hubungi kami lewat email, fb, atau twitter. InsyaAllah akan kami kirim lewat email. Oh, iya makasih untuk yang sudah dwonload.. :), Semoga bermanfaat Kawan.
Share This Article
Duh saya jadi malu sob, belum mampu memuliakan tamu
ReplyDeletePadahal saya tahu ini pelajaran agama yg indah dan mengandung nilai pahala yang besar.
Oh sob, kirim lewat email ya ke harisspirit@yahoo.com
Sudah di kirim Kang..
Deleteada yang mau lagi?
sy suka sering bertamu hehe
ReplyDeleteSekali-kali bertamulah ke Kedai Kang Haris.. bisa makan MJ lo.. wkwk
Deletemasya Allah....
ReplyDeletebenar sekali indahnya...
boleh kang saya di email ya.. atau FB. (Karimah Annur)
Siap..
Deleteartikel nya bagus+bermanfaat ttg memuliakan tamu.
ReplyDeletekeep posting bermanfaat gan ^_^