Kawan, pernahkah kau merasa lemah dan putus asa?
Saat kau merasa tak ada harapan lagi kecuali hanya padaNya?
Saat kau telah mengerahkan semua kemampuanmu, tapi tetap
saja tak berhasil?
Atau saat kau dalam kesulitan yang teramat sulit dan kau
yakin tak ada lagi yang bisa menolongmu kecuali keajaiban yang datang dariNya?
Jika kau sering bepergian dengan kapal laut atau pesawat
terbang, fenomena ini akan sering terlihat. Ya, terutama saat cuaca sedang
benar-benar buruk. Kau akanmelihat orang-orang seakan menyadari siapa dirinya dan
menggantungkan harapan hanya pada Allah Ta’ala.
Persis seperti firman Allah: “Dialah Tuhan yang
menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga
apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan
kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau
menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang
yang bersyukur". (Yunus 22)
***
“Siapakah yang menjawab doa orang yang terdesak saat ia
berdoa?”
Siapapun kita, pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam
hidup. Masa yang membuat kita hampir kehilangan arah, harapan, dan semangat.
Masa yang bisa berlangsung singkat namun kadang tak ada ujungnya. Masa yang
membuat sebagian orang menjadi tegar dan kuat namun untuk sebagian orang
menjadi kufur dan ingkar.
Jika masa itu datang, orang terbagi menjadi dua. Ada yang
tetap semangat dan terus berjuang, ada juga yang menyerah dan putus asa. Ada
yang lari kepada makhluk, ada pula yang berserah diri pada Sang Kholik.
Di manakah kita?
***
“Siapakah yang menjawab doa orang yang terdesak saat ia
berdoa?”
Satu cerita yang ingin kami bagi untuk tulisan kali ini.
Tentang masa sulit yang pernah mendera diri. Saat harapan telah hampir
terbenam, saat hati begitu kalut dan takut, akan sebuah keputusan yang teralalu
berani, untuk bertualang kenegeri orang, padahal biaya tak mencukupi.
Sehari sebelum keberangkatan hati dilanda takut, sebab kami
butuh uang sejuta lagi untuk bekal perjalanan. Padahal kami tak mau meminta. Benar kawan, semenjak SMP kami enggan untuk
meminta meskipun pada keluarga. Tapi tanpa memintapun, alhamdulillah selalu ada
yang memberi terutama disaat butuh. Mungkin
karena itulah mereka menganggap kami banyak uang dan mengijinkan kami ke negeri
orang.
Pada hari itu juga, setelah shalat dhuha kami memohon pada
Allah akan kemudahan perjalanan dan kemurahan rezeki. Di akhir doa, kami
sisipkan kalimat seperti ini:
“Ya Allah, Engkau
tahu bahwa besok aku akan berangkat. Dan Kau pun tahu aku butuh uang sejuta
lagi untuk perjalanan. Untuk itu berilah aku uang sejuta lagi untuk
keberangkatanku.”
Pada hari itu juga, selepas zhuhur tanpa disangka seorang
kakak memberikan kami uang lima ratus ribu. Dan esoknya dihari keberangkatan,
tanpa disangka pula seorang ayah dari keponakan kami menambahkan lima ratus
ribu yang tersisa. Sejuta, sesuai yang kami minta.
“Siapakah yang
memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya?!”
(An-Naml: ayat 62)
Adakah Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah?
Sungguh hanya sedikit manusia yang mau mengambil pelajaran.
***
“Siapakah yang menjawab doa orang yang terdesak saat ia
berdoa?”
Kawan, saat dilanda masalah maka segera lari pada Allah.
Ingat dia takan pernah mengecewakan hambaNya yang tulus ikhlas berdoa
kepadaNya. Tentunya pertolongan itu datang dengan caraNya sendiri. Kadang
sesuai prasangka, tapi lebih banyak dengan jalan yang tak disangka-sangka.
Kawan, sudahkah kau berdoa dan meminta padaNya?
***
“Siapakah yang menjawab doa orang yang terdesak saat ia
berdoa?”
Allahlah yang menjawab doa-doa itu, dan Dia pasti akan
menjawab doa-doa itu.
Hanya, sudahkah orang-orang terdesak itu berdoa padaNya?
***
Catatan penutup: Tentang Cinta Dan kenangan
“Siapakah yang menjawab doa orang yang terdesak saat ia
berdoa?”
Sebagai manusia adalah hal yang wajar jika jatuh cinta.
Cinta bisa datang sebagai anugrah atau malah menjadi musibah. Tergantung siapa
yang dicintai dan bagaimana cara mencintai. Sejarah telah membuktikan betapa
banyak orang yang mulia karena cintanya dan tak sedikit yang menjadi hina karena cintanya.
Di zaman yang aneh ini, terasa begitu sulit untuk menjaga
hati dan diri. Terutama untuk tidak jatuh dalam cinta yang terlarang.
Dalam perjalanan hidup, tentunya kita pernah kagum atau
cinta pada seseorang. Seseorang yang membuat hati selalu berdebar-debar saat
bertemu dengannya, yang ingin dipandang
tapi takut pada yang Kuasa, seseorang yang mungkin telah mengukir kenangan di
hati kita, kenangan yang terlalu indah dan terlampau sulit untuk dilupakan.
Kenangan dan cinta terlalu sulit untuk dipisahkan. Dimana ada
cinta selalu ada yang namanya kenangan. Kenangan tanpa cinta itu mungkin, tapi
cinta tanpa kenangan rasanya terlalu mustahil.
Bagian ini kami dedikasikan untuk pemuja rahasia, para
pecinta dalam diam, para pejuang hati, mereka yang selalu menjaga hati dan
cintanya untuk dirayakan di waktu yang halal dan tepat.
Kami tahu antara kau dan dia pasti memiliki banyak kenangan.
Kenangan yang terlalu indah dan sulit untuk dilupakan. Kamipun tahu, saat kau terlalu
banyak memikirkan dia dan kenangan itu, hatimu akan dipenuhi kegalauan dan
kebimbangan. Galau apakah ia memikirkanmu atau tidak, galau apakah ia
mencintaimu atau tidak, galau apakah dia masih mengingat kenangan itu atau
tidak, bahkan galau jangan sampai kau keduluan orang lain atau dia memilih
melamar orang lain.
Dia, bisa saja teman masa kecilmu, teman SMAmu, atau juga teman
kerjamu. Dia, mungkin sedesa denganmu, sekota denganmu, sepulau denganmu, senegara
denganmu, atau malah diluar negeri. Dia, mungkin saja memikirkanmu,
merindukanmu, mengharapkanmu, mencintaimu, dan memang jodohmu. Tapi ingat sebelum
menjadi halal, dia bukanlah siapa-siapamu. Tetap jaga jarak dan jaga hati.
Kau, bisa saja teman masa kecilnya, teman SMAnya, atau juga teman
kerjanya. Kau, mungkin sedesa dengannya, sekota dengannya, sepulau dengannya, senegara
dengannya, atau malah diluar negeri. Kau, sudah pasti memikirkannya, merindukannya,
mengharapkannya, mencintainya, sedangkan dia belum tentu memikirkanmu,
mencintaimu, dan akan berjodoh denganmu. Untuk itu, sebelum menjadi halal, kau bukanlah
siapa-siapanya. Tetap jaga jarak dan jaga hati.
Bagimu yang galau menunggu kedatangannya atau menanti waktu
untuk mendatanginya, sabarlah dalam menjaga cinta itu. Semua akan lebih indah
pada waktunya.
Jika gundah datang melanda, ingatlah Allah dan berdoalah
padaNya.
“Siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya?!” (An-Naml: ayat 62)
Kenangan dan cinta memang sangat sulit untuk dihapus, tapi
ingatlah bahwa kau berdoa pada Allah Yang Menguasai hati setiap hamba. Bukankah
cinta dan kenangan tempatnya di hati?
Allah membolak-balikan hati sesuai kehendakNya. Untuk itu
hendaklah diri untuk senantiasa meminta ketetapan hati. Agar diberi kekuatan
untuk terus bersabar memegang prinsip yang indah ini.
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
اللهم أعني علي ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
____
Catatan ini
terinspirasi dari tulisan: “SIAPAKAH YANG MENYAHUT RINTIHAN DERITA INSAN?” dan catatan
seorang teman.
Tulisan diatas
benar-benar menyentuh hati, silahkan di klik dan temukan tulisan-tulisan indah
lainya.
Share This Article
bagaimana ya cara doa yang benar. takutnya malah terkesan maksa atau memerintah Allah >.<
ReplyDeletesusah nih jawabnya..
Deletebegini saja Mba.. Saya petik aja sebuah hadist: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”
(HR. Tirmidzi no. 3479, hasan)
Semoga hadist ini bisa menjawab..
mas senyum2, :)
ReplyDeleteBerdoa dimulai............
Ya Rabb...... (sensor hhe..)
kok di sensor?
DeleteMakasih sudah berkunjung..