“Perpisahan adalah keharusan maka jadilah orang
yang dinanti kehadirannya dan ditangisi kepergiannya”
Sejak kecil sampai sekarang, dari petualangan
pertama hingga petualangan saat ini, ada satu pelajaran hidup berharga yang saya dapatkan,
yaitu perpisahan adalah keharusan. Entah perpisahan itu bersifat
sementara ataupun untuk selama-lamanya.
Sejak kecil saya telah berpisah dengan
orang-orang terdekat. Kedua kakek, ibu, kakak tercinta, nenek sebelah ayah,
ayah, dan yang terakhir adalah nenek sebelah ibu berturut-turut pergi meminggalkan
saya. Kecuali nenek sebelah ibu, semuanya terjadi diusia saya yang belum
genap sebelas tahun. Bahkan kedua kakek wafat sebelum saya dilahirkan.
Jujur, dalam setiap perpisahan itu selalu ada
luka dan kenangan pahit yang mesti dirasakan. Kenangan yang mau tak mau akan
selalu teringat. Bukan untuk menyiksa diri tapi dalam kenangan pahit itu
selalu ada bagian manis yang terlalu indah jika dilupakan.
Satu hal yang saya pelajari dari
pengalaman masa kecil itu, bahwa hidup ini hanyalah sementara. Kita
semua pasti akan pulang ke kampung akhirat. Mau tak mau, suka tak suka, semua
pasti akan kembali. Ya, setiap orang akan
merasakan perpisahan selamanya dengan orang yang dicintai. Memang sampai saat
ini sayalah yang selalu merasakan sedih karena ditinggal orang-orang tercinta,
tapi suatu saat nanti saya yakin sayalah yang akan meninggalkan orang-orang
yang tercinta untuk selamanya. Begitupun dirimu, kawan.
Selain perpisahan selamanya, entah berapa kali
saya juga harus merasakan perpisahan dengan orang-orang tercinta untuk sementara
waktu. Entah mereka yang pergi atau saya yang bertualang, tapi untuk saat ini sayalah yang
sering meninggalkan mereka.
Kenapa saya katakan perpisahan sementara?
Sebab kemungkinan untuk bertemu masih ada meskipun terkadang untuk beberapa
orang kemungkinan itu sangat kecil. Tapi sekecil apapun, sebelum saya atau mereka meninggal maka kemungkinan itu
selalu ada.
Seperti pada perpisahan selamanya, dalam
perpisahan yang sementara ini saya juga mendapatkan banyak pelajaran berharga. Salah
satunya adalah tipe dan macam-macam manusia. Di antara
mereka ada yang ingin saya temui lagi dan maaf, diantara mereka pula ada
yang tak ingin saya jumpai lagi. Tentunya kalian juga pernah merasakan hal yang
sama.
Singkatnya, manusia itu terbagi dalam dua golongan besar. Golongan pertama
adalah orang yang dinanti kehadirannya serta ditangisi kepergiannya. Sedangkan golongan
kedua adalah mereka yang dibenci kehadirannya serta diharapkan kepergiannya. Atau
bisa juga ditambahkan golongan ketiga yaitu kehadiran dan kepergiannya tak membawa perbedaan. Istilah saya dan teman-teman, wujuudihi ka’adamihi, hehe.
Lalu untuk
apa saya menceritakan semua ini?
Saya hanya
ingin mengingatkan kita semua terutama diri saya sendiri bahwa suatu saat nanti
kita akan berpisah dengan orang yang kita cintai, entah itu sementara atau
bahkan untuk selamanya. Nah, saat perpisahan itu terjadi, kita termasuk
golongan mana? Golongan pertama atau kedua? Orang yang dinantikan kehadirannya
atau malah yang diharapkan kepergiannya? Orang yang yang ditangisi kepergiannya
atau malah dibenci kehadirannya?
Tentu saja, saya,
Anda, dan kita semua ingin menjadi bagian dari golongan pertama, yaitu mereka yang
ditangisi kepergiannya dan dinantikan kehadirannya. Tapi apakah perbuatan,
amal, dan sikap kita sudah mengarah kesana?
Satu rahasia
yang saya tahu bahwa mereka yang menjadi bagian golongan pertama adalah mereka yang senantiasa ingin memberi dan bukan diberi. Sekuat tenaga
mereka memberikan apa yang mereka punya, baik itu tenaga, uang, ataupun jasa.
Paragrap
terakhir tadi mengingatkan saya akan seorang kawan yang tinggal jauh di negeri
seberang. Seorang yang keberadaannya kadang tak disadari, dan bahkan sebagian
orang memandangnya sebelah mata. Tapi karena ketulusan dan keikhlasannya dalam memberi,
membuatnya menjadi berharga di mata kami atau setidaknya di mata saya.
Meskipun kesadaran
itu datangnya terlambat, tapi setidaknya Allah menunjukan pada saya bahwa orang
yang senantiasa menolong akan selalu dirindukan keberadaannya. Ya, saya mulai
merindukan kehadirannya setelah dia pergi meninggalkan kami. Karena setelah
kepergiannya, kami satu asrama sering kelaparan. Bukan karena tak ada makanan
namun karana tak ada yang mau masak. Singkatnya, dengan kepergiannya asrama
bisa dikatakan menjadi terbengkalai. Dengan perubahan keadaan itu menyadarkan
kami, ternyata selama ini ia telah mengorbankan tenaga untuk “melayani”
kami. Ya memang, terkadang sesuatu yang penting dan berharga itu baru terasa setelah
hilang atau pergi.
Saya yakin,
Anda juga pernah bertemu dengan orang seperti ini, dan saya juga yakin Anda akan
selalu merindukan pertemuan dengannya lagi.
Memang kita
semua belum bisa menjadi seperti itu, tapi setidaknya hendaklah kita berusaha
untuk bisa menjadi seperti itu atau bahkan lebih. Atau setidaknya, jika kita
belum mampu memberikan apa-apa maka berusahalah untuk tidak menjadi beban. Dengan
sekuat tenaga berusahalah untuk mandiri. Sebab orang yang mandiri, yakinlah
suatu saat nanti akan memberi. Dan jika sudah banyak memberi maka insya Allah
akan banyak yang mencintai. Dan kalau sudah dicintai maka kepergian kita akan
selalu ditangisi dan kehadiran kita akan senatiasa dinanti.
Di akhir
tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan: “Perpisahan itu akan menjadi indah
dan nikmat jika kita memanfaatkan momen pertemuan untuk mengumpulkan bekal
dihari perpisahan nanti.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS 59 ayat 18)
***
Untuk mereka yang pernah saya temui, baik itu di Gorontalo, Makassar, Jakarta, Sukabumi, Bogor, Depok, Mamuju, Palu, Luwuk, Batam, Malaysia, Thailand, dan kota-kota lainnya: "mohon maaf sepenuh hati jika ada kata atau sikap yang pernah menyakiti. Semoga Allah mempertemukan kita lagi, jika bukan di dunia ini semoga di akhirat nanti"
Batam 11 Maret 2013
Share This Article
No comments:
Post a Comment