Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Mencari Penggalan Hikmah

Tulisan kemarin telah mengingatkan kami akan sebuah kisah penutup pada malam perpisahan bersama 7 sahabat. Malam yang penuh kesan itu kami habiskan di masjid kampung. Mesjid itu begitu kokoh dan megah. Banyak kisah dan kenangan yang terjadi di sana. Saat kami SD, SMP, MAN, dan bahkan telah kuliah, kisah dan cerita itu masih dan akan terus bertambah.

Di sana kami dipertemukan dengan banyak orang, termasuk dengan seseorang yang telah mengukir cinta dihati kami. Semoga Allah selalu menjaganya.

Sebelum kami menceritakan kisah penutup itu, ada baiknya kami menceritakan kegiatan-kegiatan kami pada malam itu.

Sebelum tidur kami membacakan sebuah hadist "perpisahan". Sebuah hadist yang termaktub dalam kitab 'Arbain. Bagi yang telah hafal ataupun punya kitabnya, silakan buka hadist yang ke 28. Untuk lebih jelasnya beginilah isi hadist tersebut.

Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami berlinang. Maka kami berkata: Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)

Setelah membacakan hadist itu dengan sedikit tambahan penjelasan, kami tidur dalam buaian mimpi masing-masing.

Setelah shalat shubuh, kami membahas sebuah booklet sederhana yang kami buat khusus untuk 7 pemuda tersebut. Booklet itu berjudul "KERTAS IMPIAN". Bagi yang berminat bisa hubungi kami lewat email: senyumsyukurbahagia@gmail.com atau lewat FB kami.

Booklet itu hanya terdiri dari enam halaman beserta sampulnya. Sampul depan dihiasi dengan perkataan seorang ulama yang intinya menyuruh kita untuk bercita-cita setinggi mungkin. "Biarlah kaki menginjak bumi tapi cita-cita haruslah setinggi bintang tsurayya" begitulah kira-kira intinya.

Halaman berikutnya ada artikel Man jadda Wajada. Kemudian ringkasan materi terbiyah yang kami sampaikan selama sebulan. Kemudian inti materi yaitu kertas impian. Sebelum menyuruh untuk menuliskan impian-impian mereka kami telah menuliskan terlebih dahulu impian-impian kami. Dan pagi itu, secara bergiliran kami membacakan impian-impian kami, kemudian berjanji untuk bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Tak lupa, di bagian bawah kertas itu kami tuliskan dua kalimat berikut.

"Tak ada impian yang besar, hanya usaha yang kadang terlalu kecil"
"Bukan masalah impian itu tercapai atau tidak, masalahnya adalah sudahkah kita bersungguh-sungguh untuk menggapai impian itu?"

Satu hal yang menarik dari pembacaan impian-impian itu, ternyata kita akan ikut bersemangat jika ada orang yang bersemangat disamping kita. Karena semangat itu menular. 

Impian mereka bermacam-macam. Ada yang ingin menghajikan orang tua, ada yang ingin kuliah di Universitas pavoritnya, bahkan ada pula yang ingin menikah pada tanggal yang unik.. ya kita doakan saja, semoga mereka mendapatkan apa yang mereka impikan.

Sebagai penutup kami membahas sms sM tentang Takdir dengan sebuah kisah yang manggambarkan bahwa apa yang Allah takdirkan itulah yang terbaik. Karena Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Beginilah kisahnya.

Seorang raja baru saja mendapat buruan besar. Setibanya di kerajaan, dia ingin sekali memasak sendiri hasil tangkapannya tersebut. Dengan ditemani koki kerajaan raja mulai memotong-motong daging hasil buruannya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan sangat keras. Ternyata sang raja terlampau semangat memotong sehingga ibu jarinya terpotong. Segenap tabib dan penyembuh kerajaan berusaha dengan sigap membantu namun mereka tak bisa menyatukan kembali jari sang raja. Rajapun merasa sangat sedih dan menyesal.

Ditengah kesedihan mendalam, perdana menteri yang bijak muncul dan berkata.
“Baginda jangan cemas dan menyesal. Bersyukurlah. Semua yang terjadi ini pasti ada hikmahnya.”
Mendengar hal itu raja menjadi sangat marah.
“Apa kau sudah gila? Ibu jariku putus kau bilang ada hikmahnya?!!”
Perdana menteri tidak bisa menjawab. Sang raja, memerintahkan pengawal untuk menjebloskan Perdana Menteri ke penjara.

Beberapa bulan berlalu, sang Raja kembali menekuni hobi berburunya setelah ibu jarinya putus.
Hasrat berburu yang tinggi membuat raja lupa bahwa ia masuk ke wilayah terlarang yang dikuasai suku primitive. Raja ditangkap oleh kawanan suku tersebut dan dihadapkan ke kepala suku. Dengan wajah bahagia kepala suku, langsung memerintahkan anak buahnya menyiapkan upacara besar untuk tengah malam. Tengah malam pun tiba, Raja diikat dan dinaikkan ke panggung dimana dibawahnya terdapat kobaran api membara. Rupanya sang Raja hendak dipersembahkan untuk dewa dari suku tersebut.
Namun beberapa detik sebelum raja tersebut hendak dilempar kea pi. Kepala suku berteriak. “STOP! Kita tidak mungkin mempersembahkan manusia tak sempurna ke dewa kita. Lihat jarinya yang cacat itu!”

Sang Raja pun dilepas dan bisa kembali ke kerajaan dengan selamat.
DI tengah perjalanan, ia teringat kata-kata perdana menteri. Bahwa semua ini pasti ada hikmahnya.

Sampai di istana, Raja langsung memerintahkan pengawal untuk membebaskan Perdana Menteri yang telah ia penjara berbulan-bulan.
“ Ternyata Anda benar. Ibu jari yang terpotong ini adalah kejadian yang justru menyelamatkan hidup Saya. Ternyata semua kejadian pasti ada bagusnya. Maafkanlah Saya yang telah emosi dan memenjarakanmu”
“ Tidak Baginda, janganlah meminta maaf kepada hamba. Hambalah yang seharusnya berterimakasih.” Dengan kaget Baginda berkata. “ Apa kau gila Perdana Menteri? AKu telah memenjarakanmu tapi Anda malah berterimakasih? Mengapa?”

Sambil tersenyum, Perdana Menteri yang bijak berkata..
“ Ya Baginda, hamba sangat bersyukur. Jika saya tidak dipenjara, pastilah hamba ikut berburu dengan Baginda. Dan bila bukan Baginda yang dimasukkan ke dalam api. Maka pastilah Saya yang menjadi penggantinya”

Semua kejadian sebetulnya sempurna seperti apa adanya.. Dan tentu ada hal baik di balik setiap hal yang tidak baik, meskipun saat mengalami kejadian tak baik itu, kita belum cukup bijaksana untuk mengerti apa hikmahnya.

Kisah ini mungkin hanya fiktif belaka, tapi hikmah yang dikandungnya tentulah sangat besar. Jika kita sudah menyempurnakan ikhtiar (termasuk doa) kemudian hasilnya tetap mengecewakan maka yakinlah bahwa ada hikmah dibalik semua itu.

Jika saat itu diri dalam keadaan lalai maka itu adalah teguran, namun jika tidak maka itulah yang namanya ujian.

Belajarlah untuk mencari penggalan hikmah dalam setiap episode hidup. Dengan begitu hidup akan senantiasa dipenuhi rasa syukur dalam setiap keadaan. Jika syukur telah menjadi kebiasaan maka senyum bahagia akan senantiasa menghiasi hidup. Percayalah!

Share This Article


No comments:

Post a Comment