Berbagilah walau satu rupiah! Bersedekah meski hanya seuntai senyum! Bersedekah, berbagi, dan bahagia ^^

Permen untuk Gadis


Petang itu cuaca sangat cerah, seperti biasa kami dengan semangat melangkahkan kaki menuju masjid tempat kami mengajar. Kami sangat menikmati rutinitas yang melelahkan ini. Rutinitas mengajar Taman Pengajian Alquran.

Petang itu adalah petang yang istimewa, karena kami akan membagikan hadiah kepada para santri yang berhasil menjawab soal matematika islam yang kami berikan sehari sebelumnya.

Adzan Magrib telah berkumandang. Para santri mulai datang memenuhi mesjid, membentuk saf-saf untuk melaksanakan shalat Magrib secara berjama'ah.
Seperti biasanya, setelah shalat ba'diah Magrib, para santri berbaris rapi di teras belakang mesjid.

Petang itu merupakan giliran kami untuk menyampaikan materi klasikal. Setelah menyiapkan mereka dengan "duduk anak sholeh" serta menghafal doa-doa pilihan, kami menanyakan PR yang telah dibagikan kemarin. Alhamdulillah sebagian besar dari mereka sudah mengerjakan PR itu, hanya beberapa santri yang tidak sempat mengerjakannya.

Kamipun memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil menjawab dengan benar. Meskipun hadiah itu hanya berupa permen, namun para santri begitu bahagia menerimanya.

Setelah membagikan hadiah kepada para santri, ternyata ada beberapa permen yang tersisa ditangan kami. Kamipun teringat dengan kisah seorang teman tentang permen yang ia berikan kepada sepupunya. Kami merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk membuktikan cerita itu.

Sebelumnya, kami lupa menyampaikan bahwa ada satu fenomena membahagiakan yang kami saksikan pada petang ini. Fenomena itu terjadi disantri putri. Mereka yang sebelumnya hanya menggunakan mukena kini juga memakai busana muslim dibalik mukena tersebut. Jadi jika mukena dilepas, maka masih ada jilbab yang menutupi rambut mereka.

Sungguh fenomena ini sangat membahagiakan kami. Dan untuk itu kami telah memuji mereka diawal pertemuan. Selain itu fenomena ini mempunyai hubungan erat dengan "eksperimen" yang akan kami lakukan sebentar lagi.

Dengan penuh semangat kami bertanya kepada para santri apakah mereka mau tambahan permen atau tidak. Maka secara otomatis mereka menjawab iya. Kemudian kami mengambil dua permen dari beberapa permen yang tersisa. Permen pertama kami tidak apa-apakan, sedangkan permen kedua kami buka sebagian pembungkusnya. Kemudian kami bertanya kepada para santri. "Jika ustad menyuruh kalian untuk memilih satu dari dua permen ini, maka kalian akan pilih yang mana?"
Suasana pun menjadi kacau, ada yang memilih kedua dan sebagian besar memilih yang pertama. Kamipun menyuruh mereka diam sambil berkata, "Sekarang, siapa yang memilih permen pertama, ancungkan tangan!" Semua santri putri dan sebagian besar santri putra mengacungkan tangannya.

Kemudian kami kembali bertanya, "Nah, sekarang siapa yang pilih permen kedua angkat tangan dan sebutkan alasan mengapa memilihnya!"

Tiga orang santri putra mengangkat tangan mereka. Kemudian kami menunjuk salah satu dari mereka untuk menjelaskan alasannya. "Kamu Dwi, kenapa memilih yang kedua?"

Dengan polosnya dia menjawab, "Biar langsung bisa dimakan ustad!" Para santripun tertawa mendengar jawabannya.

Kami hanya tersenyum mendengar jawaban itu dan melanjutkan pertanyaan kepada para santri yang memilih permen pertama, "Ayo, kenapa kalian memilih permen pertama?"
Dengan serentak menjawab, "Bersih Ustaaaad"
Kamipun kembali tersenyum setelah mendengar jawaban itu.

Senyum kami terus mengembang sampai materi klasikal petang itu berakhir. Ternyata apa yang dikatakan teman kami tempo hari itu memang benar. Semua orang yang berakal dan beriman pasti menetapkan pilihannya untuk memilih permen pertama. Alasannya sederhana saja, permen itu masih bersih dan higienis.

Kami yakin, para santri percaya bahwa permen keduapun masih bersih dan higienis. Mengapa? Sebab permen itu kami buka di depan mereka. Namun secara naluriah, jiwa akan tetap memilih yang masih tertutup, meskipun yang terbuka masih bersih dan higienis.

Nah, Jika permen itu diibaratkan seorang wanita, maka secara fitrah dan naluri setiap orang akan memilih wanita yang "tertutup" sebagai istrinya. Alasannya juga sama, karena ia masih bersih dan suci.

Memang tidak semua wanita yang mengumbar auratnya itu sudah kotor dan tak suci lagi, namun minimal orang banyak sudah menikmati bagian-bagian tubuhnya dengan mata atau sentuhan.

Mungkin ada yang berkata, "Tapi aku punya teman yang pakai jilbab namun akhirnya hamil diluar nikah, bagaimana itu?"

Ingat, istilah yang kami pakai dalam permisalan ini adalah yang menutup auratnya bukan yang membalut auratnya. Apalah arti sebuah jilbab jika lekuk tubuh masih kelihatan? Apalah artinya sebuah jilbab jika pergaulannya masih bebas? Jadi apalah artinya?

Kami menyangka teman Anda itu adalah mereka yang menjadikan jilbab dan pakaiannya hanya sebatas pembalut bukan penutup atau sebagai model dan tren masa kini. Sehingga jilbabnya itu tidak menghalangi dirinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah dan rasulNya.

Terakhir kami mengutip kembali renungan dalam tulisan "Gadis Remaja Yang Menyebarang Jalan Bagian Dua"Selalu menjadi ingatan.. barang berharga akan selalu tersimpan dan terjaga. Jika dia adalah barang dagangan maka hanya orang-orang yang punya keinginan besarlah yang bisa melihat apalagi untuk menyentuhnya. Namun jika setiap orang bisa melihat dan menyentuhnya maka ketahuilah itu adalah barang murahan yang dijual diemperan tokoh. Sampai-sampai mereka yang tak punya niat untuk membelipun, bisa melihat, memegang, dan bahkan mencobanya."

Untuk itu, Tutuplah Auratmu sebelum kain kafan menutupi seluruh tubuhmu.
***

Kejadian ini terjadi tahun lalu saat masih di Makassar.

Share This Article


No comments:

Post a Comment