Petang itu cuaca sangat cerah, seperti biasa kami dengan semangat melangkahkan kaki menuju masjid tempat kami mengajar. Kami sangat menikmati rutinitas yang melelahkan ini. Rutinitas mengajar Taman Pengajian Alquran.
Petang itu adalah petang yang istimewa, karena
kami akan membagikan hadiah kepada para santri yang berhasil menjawab soal
matematika islam yang kami berikan sehari sebelumnya.
Adzan Magrib telah berkumandang. Para santri
mulai datang memenuhi mesjid, membentuk saf-saf untuk melaksanakan shalat
Magrib secara berjama'ah.
Seperti biasanya, setelah shalat ba'diah
Magrib, para santri berbaris rapi di teras belakang mesjid.
Petang itu merupakan giliran kami untuk
menyampaikan materi klasikal. Setelah menyiapkan mereka dengan "duduk anak
sholeh" serta menghafal doa-doa pilihan, kami menanyakan PR yang telah
dibagikan kemarin. Alhamdulillah sebagian besar dari mereka sudah mengerjakan
PR itu, hanya beberapa santri yang tidak sempat mengerjakannya.
Kamipun memberikan hadiah kepada mereka yang
berhasil menjawab dengan benar. Meskipun hadiah itu hanya berupa permen, namun
para santri begitu bahagia menerimanya.
Setelah membagikan hadiah kepada para santri,
ternyata ada beberapa permen yang tersisa ditangan kami. Kamipun teringat
dengan kisah seorang teman tentang permen yang ia berikan kepada sepupunya.
Kami merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk membuktikan cerita itu.
Sebelumnya, kami lupa menyampaikan bahwa ada
satu fenomena membahagiakan yang kami saksikan pada petang ini. Fenomena itu
terjadi disantri putri. Mereka yang sebelumnya hanya menggunakan mukena kini
juga memakai busana muslim dibalik mukena tersebut. Jadi jika mukena dilepas,
maka masih ada jilbab yang menutupi rambut mereka.
Sungguh fenomena ini sangat membahagiakan
kami. Dan untuk itu kami telah memuji mereka diawal pertemuan. Selain itu
fenomena ini mempunyai hubungan erat dengan "eksperimen" yang akan
kami lakukan sebentar lagi.
Dengan penuh semangat kami bertanya kepada
para santri apakah mereka mau tambahan permen atau tidak. Maka secara otomatis
mereka menjawab iya. Kemudian kami mengambil dua permen dari beberapa permen
yang tersisa. Permen pertama kami tidak apa-apakan, sedangkan permen kedua kami
buka sebagian pembungkusnya. Kemudian kami bertanya kepada para santri.
"Jika ustad menyuruh kalian untuk memilih satu dari dua permen ini, maka
kalian akan pilih yang mana?"
Suasana pun menjadi kacau, ada yang memilih
kedua dan sebagian besar memilih yang pertama. Kamipun menyuruh mereka diam sambil
berkata, "Sekarang, siapa yang memilih permen pertama, ancungkan
tangan!" Semua santri putri dan sebagian besar santri putra mengacungkan
tangannya.
Kemudian kami kembali bertanya, "Nah,
sekarang siapa yang pilih permen kedua angkat tangan dan sebutkan alasan
mengapa memilihnya!"
Tiga orang santri putra mengangkat tangan
mereka. Kemudian kami menunjuk salah satu dari mereka untuk menjelaskan
alasannya. "Kamu Dwi, kenapa memilih yang kedua?"
Dengan polosnya dia menjawab, "Biar
langsung bisa dimakan ustad!" Para santripun tertawa mendengar jawabannya.
Kami hanya tersenyum mendengar jawaban itu dan
melanjutkan pertanyaan kepada para santri yang memilih permen pertama,
"Ayo, kenapa kalian memilih permen pertama?"
Dengan serentak menjawab, "Bersih Ustaaaad"
Dengan serentak menjawab, "Bersih Ustaaaad"
Kamipun kembali tersenyum setelah mendengar
jawaban itu.
Senyum kami terus mengembang sampai materi klasikal petang itu berakhir. Ternyata apa yang dikatakan teman kami tempo hari itu memang benar. Semua orang yang berakal dan beriman pasti menetapkan pilihannya untuk memilih permen pertama. Alasannya sederhana saja, permen itu masih bersih dan higienis.
Kami yakin, para santri percaya bahwa permen keduapun masih bersih dan higienis. Mengapa? Sebab permen itu kami buka di depan mereka. Namun secara naluriah, jiwa akan tetap memilih yang masih tertutup, meskipun yang terbuka masih bersih dan higienis.
Nah, Jika permen itu diibaratkan seorang
wanita, maka secara fitrah dan naluri setiap orang akan memilih wanita yang
"tertutup" sebagai istrinya. Alasannya juga sama, karena ia masih
bersih dan suci.
Memang tidak semua wanita yang mengumbar
auratnya itu sudah kotor dan tak suci lagi, namun minimal orang banyak sudah
menikmati bagian-bagian tubuhnya dengan mata atau sentuhan.
Mungkin ada yang berkata, "Tapi aku punya
teman yang pakai jilbab namun akhirnya hamil diluar nikah, bagaimana itu?"
Ingat, istilah yang kami pakai dalam
permisalan ini adalah yang menutup auratnya bukan yang membalut auratnya.
Apalah arti sebuah jilbab jika lekuk tubuh masih kelihatan? Apalah artinya
sebuah jilbab jika pergaulannya masih bebas? Jadi apalah artinya?
Kami menyangka teman Anda itu adalah mereka
yang menjadikan jilbab dan pakaiannya hanya sebatas pembalut bukan penutup atau
sebagai model dan tren masa kini. Sehingga jilbabnya itu tidak menghalangi
dirinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah dan rasulNya.
Terakhir kami mengutip kembali renungan dalam
tulisan "Gadis Remaja Yang Menyebarang Jalan Bagian Dua": Selalu menjadi ingatan.. barang berharga akan
selalu tersimpan dan terjaga. Jika dia adalah barang dagangan maka hanya
orang-orang yang punya keinginan besarlah yang bisa melihat apalagi untuk
menyentuhnya. Namun jika setiap orang bisa melihat dan menyentuhnya maka
ketahuilah itu adalah barang murahan yang dijual diemperan tokoh. Sampai-sampai
mereka yang tak punya niat untuk membelipun, bisa melihat, memegang, dan bahkan
mencobanya."
Untuk itu, Tutuplah Auratmu sebelum kain kafan
menutupi seluruh tubuhmu.
***
Kejadian ini terjadi tahun lalu saat masih di
Makassar.
Share This Article
No comments:
Post a Comment