Ada alasan saya menuliskan ini. Sebab sejak beberapa hari
yang lalu saya tiba-tiba terdaulat menggantikan guru SD yang harus istirahat
cukup lama untuk penyembuhan penyakit.
Jujur, setelah menerima tugas itu, hari-hari saya bertambah
sibuk. Jika sebelumnya saya hanya mengajar selama lima jam dalam seminggu untuk
anak SMP sekarang bertambah kurang lebih 9 jam dari anak SD dan beberapa jam
anak SMP. Tapi kawan, seharusnya (dengan
bertambahnya tugas itu) membuat hati merasa berat, namun yang terjadi malah sebaliknya,
kebahagianlah yang datang dan terus
bertambah menyelimuti hati. Mungkin saya menikmatinya, itulah jawaban
diplomatis dari fakta yang aneh ini.
Aktifitas ini bukan tanpa tantangan. Malah tantangannya
(menurut saya) lebih banyak dari pada enaknya.
Sebagai contoh, saya harus memaksakan suara yang pas-pasan agar
lebih pas di telinga anak-anak. Terlebih dengan anak kelas satu, susahnya minta
ampun. Dibutuhkan kesabaran yang berlapis-lapis. Jujur.
Namun sekali lagi, dengan segala tantangan itu, saya tetap
bisa bahagia dan menikmati aktifitas baru ini. Entah apa alasannya, yang jelas
aktifitas ini telah membuat pikiran saya terbang jauh melayang ke kampung
halaman saat masih berseragam merah putih.
Banyak kenangan disana. Dari guru, teman, permainan,
perkelahian, persahabatan, keluguan, kepolosan, cinta monyet, perlombaan,
dan.. sungguh begitu banyak, tak
sanggup tangan ini menuliskannya.
Selain tentang kenangan indah di masa lalu, aktifitas ini
membuat hati kembali merenung akan banyak hal yang terlupa. Tentang jasa para
guru, kesabaran dan keihlasan, indahnya memaafkan, dan keberanian bermimpi.
Jasa
Para Guru; Kawan, masih ingatkah kamu dengan wajah guru kelas satumu?
Sungguh terlalu jika kau melupakannnya. Melupakan orang yang
telah berjasa padamu. Orang yang telah mengajarkanmu huruf, angka, dan kata
padamu. Memang itu adalah hal remeh, tapi tanpa membaca dan menulis kau takan bisa sampai ke
blog ini. Benar tidak?
Bahkan para profesor, ilmuan, presiden, dan orang-orang
hebat lainnya dulunya adalah anak kelas satu di sekolah dasar. Sehingga, tak bisa
disangkal bahwa sehebat apapun seeorang tentunya terdapat jasa seorang guru (khususnya guru kelas satu)
yang melekat padanya.
Sabar
dan Ikhlas; Dengan jasa dan pengorbanan yang besar itu, saya bertanya
padamu kawan, berapa gaji yang mereka
dapatkan dalam sebulan?
Tak perlu dijawab. Semoga pertanyaan ini menjadi bahan
renungan atas kesabaran dan keikhlasan para pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Memaafkan;
Ini tentang anak kelas satu.
Di kelas saya, hampir setiap hari ada murid yang menangis
karena berantem. Tapi setiap hari pula saya melihat mereka bermain bersama. Mereka
belum mengenal dendam, hati mereka begitu polos dan tulus. Sungguh sangat
mengagumkan.
KeberanianBermimpi; Jika anak kelas satu ditanya, apa cita-citamu nak?
Tentunya jawaban mereka selalu yang tinggi-tinggi. Mereka tak
pernah malu untuk menyebutkan cita-cita dan impiannya. Keberanian itulah yang
jarang dimiliki oleh orang dewasa.
Memang mereka belum realistis, tapi terkadang terlalu
realistislah yang membuat kita takan pernah maju.
***
Tulisan ini dipersembahkan untuk Ibu Maharani, guru kelas satu saya. Makasih bu..
___________________
Batam 27 February 2013
Share This Article
No comments:
Post a Comment