Di atas lapangan yang luas, ditemani kawan-kawan seperjuangan, menambah bahagia hati dihari yang Fitri.
Tim sM mengucapakan:
TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKUM. Semoga kita bisa meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'Alaihimassalaam yang menunjukkan cintanya yang begitu tinggi kepada Allah 'Azza Wa Jalla, bahkan melebihi cinta terhadap diri sendiri.
Amin.
Tim sM mengucapakan:
TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKUM. Semoga kita bisa meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'Alaihimassalaam yang menunjukkan cintanya yang begitu tinggi kepada Allah 'Azza Wa Jalla, bahkan melebihi cinta terhadap diri sendiri.
Amin.
BELAJAR DARI NABI IBRAHIM,
MEMBANGUN CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنْ اَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Kaum muslimin yang berbahagia!
Betapa besar karunia Allah Ta’ala kepada
kita semua. Betapa tidak terhingga nikmat-Nya untuk kita semua. Ada
yang kita sadari, namun lebih banyak yang luput dari kesadaran kita.
Marilah kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita kepada-Nya.
Betapa hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk mengingat-Nya.
Tapi dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak
pernah lalai dan bosan untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya kepada
kita. Semua kedurhakaan kita tidak menghalangi Dia yang Mahaperkasa
untuk tetap menyelimuti kita dengan kasih sayangNya.
Dan
hari ini, Ia masih mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud
kepadaNya, untuk sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan
namaNya, dan untuk sekali lagi bertaubat kepadaNya.
Kita
tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh jadi inilah sujud terakhir
kita padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita
untukNya. Dan inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd.
Kaum muslimin rahimahukumullah!
Idul Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan
keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin
bergegas menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air ini,
kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang
dititipkan Allah kepada kita melalui kisah monumental Nabi Ibrahim dan
keluarganya ‘alaihimussalam.
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)
Sosok Ibrahim ‘alaihissalam adalah
teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita
bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan
cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak
akan pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah.
Obsesi dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan
demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan
kepada kita bahwa obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya harus
selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan Allah Azza wa Jalla. Apa
yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, maka itulah obsesi
dan cita-cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu harus
segera kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Karena obsesi
dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial malapetaka dan kehancuran yang tidak akan habisnya.
Maka demi obsesi dan cita-cita tertingginya akan Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi
gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman terik matahari dan
pelukan malam-malam yang dingin. Dan ia tidak sendiri dalam perjalanan
itu. Istri dan bayi mungilnya ikut serta “menikmati” perjalanan penuh
obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.
Bayangkanlah, hadirin sekalian, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa
mereka sungguh-sungguh dengan obsesi tentang Surga itu. Dan kita semua
tentu mengetahui bahwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya
itu tidak berhenti sampai di situ.
Pertanyaan pentingnya untuk kita semua adalah:
Sudahkah obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya untuk Allah?
Jika jawabannya adalah iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita tunjukkan kepadaNya untuk itu?
Bersyukurlah jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi untuk obsesi sehebat Surga, tentu harus lebih dari itu!
Dalam
konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada kisah heroik
Keluarga Yasir di awal Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi
penyiksaan atas komitmen keislaman mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur mereka dengan mengatakan:
صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd!
Kaum muslimin yang berbahagia!
Hingga
detik ini, negeri kita yang mayoritas muslim ini terus-menerus menjadi
panggung tempat dipentaskannya berbagai macam krisis dan tragedi akhlak
dan moral yang memilukan.
Kisah-kisah
para pejabat Negara yang korupsinya tidak pernah puas, yang didukung
oleh kondisi penegakan keamanan dan keadilan yang berat sebelah dan
memihak kepentingan tertentu, telah menjadi konsumsi rutin kita tiada
henti. Pembasmian korupsi seperti lebih sering menemukan jalan buntu,
namun penangkapan dengan dalih terorisme begitu sering mengukir
prestasi.
Lalu
tiba-tiba kita dikejutkan oleh seorang hakim pengadilan negeri yang
tertangkap basah dalam pesta narkoba di sebuah hotel, yang tanpa ragu
menggelontorkan uang sebesar 10 juta rupiah dalam satu malam itu saja!
Begitulah, ternyata krisis moral dan akhlak telah melanda orang-orang tua di negeri ini. Lalu bagaimana dengan generasi mudanya?
Menurut
catatan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kalimantan
Timur, sepanjang tahun 2008 saja dari sekitar 300 lebih responden yang
diteliti (Pelajar SMP dan SMA), sebagian besar di antaranya sudah sering
berzina, bahkan ada yang sudah hamil.
Sekitar
14 % dari mereka melakukan perbuatan amoral (zina) itu di lingkungan
sekolah, sedangkan 28 % dari mereka melakukannya di rumah. Sisanya, di
tempat rekreasi dan di hotel-hotel.
Di
Papua, terdapat sekitar ratusan pelajar yang mengidap HIV/AIDS. Dari
jumlah tadi, 60 % lebih diderita pelajar asli asal Papua dan 40 % lagi
pelajar non Papua (pendatang), sebagaimana disampaikan oleh Komisi
Penanggulangan HIV/AIDS (KPAD) Provinsi Papua.
Dan semua itu adalah fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan lebih banyak lagi yang tidak terungkap.
Kita
juga tentu mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang
seringkali disebabkan oleh hal-hal remeh yang tidak masuk di akal.
Dengan
semua fenomena kebobrokan kaum muda Indonesia itu, kita kemudian
dikejutkan dengan klaim sebuah media televisi bahwa lembaga-lembaga
Rohis adik-adik kita di SMA adalah sarang pengkaderan teroris. Stasiun
televisi itu lupa bahwa Rohis adalah benteng utama pembinaan moral
anak-anak kita.
Kenyataan dan fakta ini tentu saja membuat kita bertanya: Mengapa itu semua terjadi?
Dalam
konteks perjuangan Nabi Ibrahim, kita dapat mengatakan bahwa banyak
generasi tua dan generasi muda telah kehilangan obsesi dan cita-cita
hidup yang sesungguhnya. Banyak orang berjalan dalam obsesi-obsesi
semunya.
Mereka
semua mungkin tahu bahwa korupsi, berzina dan melakukan kezhaliman itu
dosa. Tapi lemahnya obsesi dan cita-cita akhirat, membuat mereka takluk
tak berdaya pada godaan dunia yang menghancurkan masa depan akhirat
mereka.
Karena
obsesi semacam ini pula, banyak orang tua yang lupa bahwa anak-anak
mempunyai kebutuhan yang jauh lebih besar daripada uang dan materi.
Mereka membutuhkan belaian cinta dan bimbingan penuh kasih sayang dari
orang tua mereka.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Tapi
harapan menjadi lebih baik selalu ada, sebagaimana pintu taubat Allah
selalu terbuka bagi siapapun di antara kita yang ingin berubah menjadi
hamba yang lebih baik.
Sekali lagi, marilah belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau
adalah teladan bagi setiap orang tua yang menyayangi anaknya. Beliau
mengajarkan kepada kita cara yang benar dalam menyayangi anak kita.
Bukan dengan memuaskan segala permintaannya, tapi dengan mendekatkan
mereka kepada Allah dengan penuh hikmah dan kelembutan.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
“Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu kembali (kepada Allah).” (Hud: 75)
Inilah
sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang tua:
lemah lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu kembali
dan bersandar kepada Allah yang Mahakuat.
Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim karena kecintaannya kepada keluarga dan anak-anaknya:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini
negeri yang aman dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah
berhala…” (Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat, beserta keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)
Kaum muslimin yang berbahagia!
Demikianlah
kekhawatiran dan kegelisahan Ibrahim terhadap keturunannya. Karena itu,
seperti Nabi Ibrahim, seharusnya kita selalu khawatir jika anak-anak
kita akhirnya tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri kepada
selain Allah. Seharusnya kekhawatiran anak kita tidak shalat dan
menjalankan perintah Allah lebih besar daripada saat ia kehilangan
karirnya.
Di sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam –sekali lagi- mengajarkan kepada kita untuk berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi politik kita, jika itu hanya akan menghancurkan masa depan akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu hanya akan membuat Allah murka kepada kita.
Kita
harus berani mengorbankan obsesi nafsu kita, jika itu hanya akan
membuat kita menyesal di saat penyesalan tidak akan pernah berguna lagi
di Padang Mahsyar.
Semua
obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita bahagia, jika pada
akhirnya hanya akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang
dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Kepada
mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengatur negeri ini,
mulai dari level nasional hingga level lokal…Kepada aparatur peradilan
dan keamanan…Tunaikanlah amanah mengatur negeri ini dengan penuh rasa
takut kepada Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, karena itu
–kata Rasulullah- akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari
kiamat. Renungkanlah selalu firman Allah Ta’ala ini:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan
jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan lalai dengan apa
yang dilakukan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur
mereka hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak.” (Ibrahim: 42)
Kepada
rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang
masih kuat, mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia
yang belum tua. Semua itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan
Anda di dunia masih lama. Sebab tua dan muda memiliki kedudukan yang
sama di hadapan kematian. Gunakanlah tubuh yang kuat dan usia muda ini
untuk bekerja meraih kesuksesan dunia dan akhirat Anda.
Kepada
para muslimah yang mulia, kaum wanita adalah pilar utama bangunan suatu
masyarakat. Dan kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika
mereka tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang
digariskan Allah dan RasulNya. Dan hari ini, Indonesia yang
tertatih-tatih ini menanti kehadiran Anda, para wanita sejati, yang
membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang belajar
setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu yang cerdas dan bijak bagi
anak-anaknya, bukan untuk yang lainnya…
Kepada
para penanggung jawab dan pelaksana media informasi, pesan kami hanya
satu: tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi
ingatlah bahwa setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan
di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis
atau terucapkan yang akan luput dari pengadilan Allah kelak. Karenanya
berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd
Kaum muslimin yang berbahagia!
Mari berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ,
hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan,
kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan
kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh
pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata,
kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.
Seekor
domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja,
sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali
berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas.
Sebaiknya
pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi dia
bisa mewakilkannya kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang
menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak
diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau
daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai
sedekah atau hadiah.
Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya.
Pembagian
hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga
buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada
fakir miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi
Allah Ta’ala tidak hanya diukur dengan banyaknya daging yang dihasilkan
atau banyaknya darah yang dikucurkan, tetapi sifat keikhlasan
pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat hanya mengharap balasan dariNya
semata.
Dan
karena hari ini bertepatan dengan hari Jum’at, maka perlu diketahui
jika hari raya bertemu dengan hari Jum’at, maka kewajiban shalat Jum’at
menjadi gugur bagi kaum pria yang mengikuti shalat Ied, sehingga ia
hanya wajib mengerjakan shalat Zhuhur. Namun yang afdhal jika ia tetap
hadir shalat Jum’at. Tetapi para imam dan khathib Jum’at diharapkan
tetap menunaikan shalat Jum’at, agar syiar Jum’at tetap terjaga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ
“Telah
bertemu pada hari kalian ini 2 hari raya. Maka barang siapa yang mau,
maka shalat Ied itu telah mencukupkannya dari shalat Jum’at, tetapi kami
(tetap) melaksanakan shalat Jum’at.”
Hadirin yang berbahagia!
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Akhirnya, di ujung khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan jiwa serta seluruh tubuh ini kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan padanya.
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم
Duhai
Allah yang Maha pengasih, yang Mahalembut…kami tidak pernah sanggup
menghitung karuniaMu kepada kami, seperti kami tidak pernah sanggup
menghitung berapa banyak kedurhakaan kami kepadaMu. Seharusnya kami
patuh pada perintahMu, tapi kami lebih sering durhaka. Seharusnya kami
jauhi laranganMu, tapi kami lebih sering mengikuti hawa nafsu kami…
Duhai
Allah yang Maha pengampun, tidak ada yang mampu mengampuni dan menutupi
semua dosa kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa segalanya. Ampunilah
dosa-dosa kami, dosa-dosa yang berserakan di sepanjang hidup kami…Ampuni
kelalaian kami mengingatMu…Ya Allah, jika Engkau tak lagi berkenan
mengampuni kami, maka entah ke mana lagi kaki ini melangkah mencari
pengampunan itu…
Duhai
Allah yang Maha melihat, yang Maha mendengar…hari ini, untuk kesekian
kalinya kami menundukkan jiwa kami dan mengakui betapa seringnya kami
durhaka kepada kedua orang tua kami. Tidak jarang kami membantah dan
berbicara tidak pantas kepada mereka…Betapa seringnya kami mengabaikan
keperluan mereka…Kami seringkali lupa bahwa mereka-lah pintu kami
memasuki Surga-Mu, ya Allah.
Duhai
Allah yang Maha luas ampunanNya, ampunilah semua kedurhakaan dan
kelalaian kami kepada mereka…liputilah kedua orang tua kami dengan
ampunan dan rahmatMu…terangi alam kubur mereka yang telah tiada dan
berikan kekuatan beramal shaleh kepada mereka yang masih hidup…Ya Allah,
izinkan kami untuk berbakti sebaik mungkin kepada mereka hingga
kehidupan kami berakhir di dunia ini…
Ya
Allah, yang Maha perkasa dan Maha bijaksana…Nun jauh di sana, ratusan
bahkan ribuan saudara kami sedang melewati episode-episode yang berat
dalam hidup mereka. Di Suriah, Irak, Palestina dan tempat lainnya,
saudara-saudara kami tetap membesarkan dan mengagungkan Nama-Mu di bawah
cengkraman musuh-musuhMu yang zhalim. Ya Allah, tidak ada satupun yang
luput dari pengetahuanMu…Dengan keMahakuasaanMu, segerakanlah
pertolongan dan kemenangan untuk mereka…Segerakanlah kehancuran dan
kekalahan kepada siapapun yang berkonspirasi menzhalimi mereka, Ya ‘Aziz, Ya Jabbar, Ya Dzal Jalaali wal ikram…
Ya
Allah, Tuhan yang Maha mendengar dan Maha melihat…karuniakanlah kepada
kami pemimpin-pemimpin yang tidak pernah takut kecuali kepadaMu. Berikan
hidayah kepada mereka untuk selalu beribadah dan menegakkan
ketetapanMu…Karuniakanlah kepada kami para pemimpin yang memimpin kami
dengan cinta, yang tulus memimpin untuk kebaikan kami di dunia dan
akhirat…
Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan kami. Kami
adalahlah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha
Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah
sebaik-baik Pemberi yang diharap.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
Share This Article
sip, ok
ReplyDelete