Saatnya untuk kembali | kampung halaman menanti
#kota “terakhir”
Banyak hati bertanya, akankah diri pulang kampung?
Dengan senyum saya menjawab: “Ya, InsyaAllah. Tapi bukan tahun ini.
Lalu apa maksud status di atas?
Eh Kawan, apa kau lupa, bukankah kampung halaman kita sama?
Iya, kita akan kembali ke negeri abadi, meninggalkan dunia yang fana ini.
Kawan, ini bukan status perpisahan orang yang sebentar lagi mati.
Meskipun tak ada yang menjamin besok pagi kita masih bernyawa lagi.
Hanya ingin mengingatkan hati, bahwa sebentar lagi Ramadhan pergi. Kalau bukan sekarang diri kembali, akankah ada waktu yang lain lagi?
"Sungguh celaka, sungguh celaka, sunggguh celaka, mereka yang berjumpa dengan Ramadhan namun tak mendapat ampunan"
Kawan, mungkin saja ini Ramadhan terakhirmu, untuk itu berbekallah sebanyak mungkin.
Oh iya, aku tahu hidupmu masih lama. Kau masih muda kan?
Kalau begitu tengoklah orangtuamu. Mungkin saja ini Ramadhan terakhirmu bersama mereka. Tidakkah kau mau kembali untuk mereka? Menjadi anak sholeh yang terus mendoakan keduanya?
Kawan, jika bisa saya berbagi, perihnya menjadi yatim dan atau piatu itu ketika tiba hari yang Fitri. Saat orang-orang berbahagia memeluk yang dicinta, mereka bingung kepada siapa diri memeluk? Semoga kau tak terlambat menyadarinya kawan.
Kalimat barusan tadi aku tulis dengan airmata yang menetes. Semoga bisa menyiram hati yang keras di sana.
Kawan, mari genggam tangan ini, bersama kita kembali, kembali kepangkuan ilahi. Ini bukan ajakan bunuh diri, tapi untuk memperbaiki diri dalam memperbanyak bekal untuk hidup sesudah mati.
Masih di kota yang dingin, Malang
_______ _______________
oh iya, catatan ini bisa dilihat dalam kicauan kami di @SenyumSyukur
Share This Article
No comments:
Post a Comment