Masih ingatkah Anda dengan kalimat indah di atas?
Kemarin, kalimat ini muncul dalam status seorang kawan. Entah
apa alasannya mengutip kalimat ini, yang jelas status itu kembali mengingatkan
hati yang mulai lalai dan lupa. Atau lebih tepatnya menjadi teguran untuk hati
yang mulai nakal dan mata yang semakin tak terkendali.
Kami tak ingin menceritakan situasi kami saat ini. Semoga beberapa
kalimat di atas sudah bisa menjadi isyarat.
Sebagai penutup kami ingin mengutip puisi yang pernah kami
posting pada tanggal 08 Januari 2012. Kawan pandangan itu memang sederhana,
tapi efeknya sungguh sangat membekas. Tak perlu kau ungkapkan cintamu, cukup
kau pandangi ia dengan sepenuh hati maka yakinlah hatimu akan selalu galau
jika dia belum halal untukmu, hehe.
Beginilah puisinya:
Beginilah puisinya:
Mengapa tetap Memandang, jika memang tak Cinta?
Mengapa tetap Memandang, Meski tahu itu dosa?
Mengapa tetap Memandang, bila itu bukan yang pertama?
Mengapa terus Memandang, kalau memang tak ingin pacaran?
Mengapa terus Memandang, jika hanya ingin memastikan?
Memastikan pandangannya?
Memastikan isi hatinya?
Memastikan cintanya?
Jika benar dia memandang, lalu untuk apa?
Bukankah tak ada niat untuk pacaran?
Jika benar dia menaruh hati, lalu buat apa?
Bukankah TTM itu menyiksa hati?
Jika benar dia cinta, lalu mengapa?
Bukankah cinta saat ini adalah cinta palsu?
Bukankah cinta saat ini hanya penuh dengan nafsu?
Lalu, Mengapa Masih Tetap Memandang?
Lalu, Mengapa Masih Terus Memandang?
Padahal mata itu hanya titipan
Yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban
Padahal jiwa ini pasti mati
Yang suatu saat akan diadili
Di hari yang tak berguna lagi materi
Hanya amal shalih yang dapat menolong diri
Sayangnya ianya tak mencukupi
***
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat”. (QS An nur : 30)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (QS An nur : 31)
________
Terimakasih banyak kawan atas kutipan statusmu itu, terus
terang itu sangat membantu.
Batam 28 February 2013
Share This Article
No comments:
Post a Comment